Berdasarkanhasil pada penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru Terhadap Sikap Siswa/I Kelas Xii Jurusan Ips Angkatan 2017 Di Sman 7 Tangerang Selatan Tentang Seks Bebas berdasarkan Uji Koefisien Determinal parsial sebesar 24.3% Menunjukan Bahwa terdapat Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru Terhadap Sikap Siswa

Dua Garis BiruPERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Dua Garis Biru adalah sebuah film drama keluarga yang sempat menuai kontroversi di tengah masyarakat tanah air. Mengangkat kisah percintaan remaja yang sering dianggap tabu. Film ini telah berhasil menarik jutaan penonton yang ada di tanah air dengan jalan ceritanya yang super relate dengan kehidupan masyarakat di era milenial seperti sekarang. Nah, apa yang membuat film karya Gina S. Noer ini begitu berbeda dengan film drama keluarga yang sudah ada? Simak review menarik dari Bacaterus tentang film Dua Garis Biru sebagai berikut. Sinopsis * Dua Garis Biru mengisahkan tentang perjalanan cinta sepasang remaja belia, Dara yang diperankan oleh Adhisty Zara atau yang lebih populer dengan nama Zara JKT48 dan Bima yang diperankan oleh aktor, Angga Aldi Yunanda. Romansa indah pasangan yang masih duduk dibangku SMA ini harus berubah kelam ketika mereka terjebak dalam sebuah perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan di usia mereka yang sangat muda. Kebahagian yang mereka jalani sebagai sepasang kekasih pun kini berubah diliputi dengan perasaan takut, kecewa dan juga bingung. Terlebih ketika Dara diketahui dalam kondisi hamil. Hingga membuat keduanya dihadapkan dalam sebuah pernikahan. Film Keluarga Sarat Edukasi * Diantara banyak film keluarga yang telah dirilis. Dua Garis Biru merupakan salah satu film yang mendapat respon cukup positif meskipun pada awal kemunculannya sempat dipenuhi pro dan kontra. Hal tersebut karena isu yang diangkat sebagai premis cerita dalam film ini masih dianggap cukup sensitif. Meskipun demikian film yang menggaet dua bintang muda yang cukup bersinar, Zara dan Angga telah berhasil menjadi salah satu film yang cukup laris. Dua Garis Biru memang bukan satu-satunya film yang mengangkat isu kehamilan remaja di bawah umur. Jauh sebelum film tersebut lahir, tema serupa pernah diangkat dalam sebuah film Hollywood terkenal yang sempat meraih piala Oscar untuk Skenario Asli terbaik berjudul "Juno", yang diperankan oleh Ellen Page dan Michael Cera pada tahun 2007 silam. Kehamilan remaja di luar nikah memang isu sosial yang kerap terjadi di berbagai belahan dunia. Sehingga tak heran bila isu tersebut sering diangkat sebagai premis dalam sebuah cerita. Dua Garis Biru sendiri merupakan salah satu film tanah air yang sukses merepresentasikan kehidupan sosial masyarakat Indonesia terkait isu tersebut. Gina selaku sutradara yang cukup berpengalaman tampak piawai dalam menyajikan film sarat edukasi tersebut secara ringan dengan menyisipkan banyak unsur filosofis dalam banyak scene serta menghadirkan dialog-dialog cerdas, lucu, dan juga menyentuh sepanjang voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Penulis Skenario Sekaligus Sutradara Jempolan * Gina S. Noer memang bukan nama baru di industri perfilman tanah air. Ia merupakan seorang penulis skenario yang cukup produktif menghasilkan berbagai karya. Ia sendiri diketahui pernah terlibat dalam sejumlah film tanah air yang sempat meraih box office seperti Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, Habibie dan Ainun, serta Keluarga Cemara. Berkat keahliannya, ia sempat mengantongi penghargaan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Indonesia pada tahun 2013 untuk film biografi percintaan yang cukup fenomenal "Habibie dan Ainun". Melihat kesuksesan yang telah diraihnya tersebut, tak berlebihan rasanya bila para pecinta film yang ada di tanah air menyimpan ekspektasi lebih untuk setiap karyanya yang lain.

Jadwaldan Live Streaming TV Online Trans 7 Film 'Dua Garis Biru', dan Download Filmnya di Sini. Jadwal dan Live Streaming TV Online Trans 7 Film 'Dua Garis Biru', dan Download Filmnya di Sini. Sabtu, 30 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com; TribunTravel.com; TribunWow.com;
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hamil diluar nikah menjadi masalah sosial yang kini 'sering' dijumpai di kalangan masyarakat. Padahal agama dan norma sudah melarang hal tersebut. Bahkan agama mengkategorikan itu sebagai salah satu dosa besar. Pasalnya akibat dari perbuatan itu bukan hanya berimbas bagi sepasang yang melakukanya hal itu, tapi juga kedua belah pihak keluarga. Tercorengnya nama baik, masa depan suram, nyinyiran tetangga, rasa bersalah dalam diri sendiri, stress dan lainnya harus ditanggung kedua pihak halnya dalam film Dua Garis Biru yang tayang pada 11 Juli 2019 disutradarai oleh Gimana S. Nover yang menceritakan tentang sepasang remaja yang berpacaran hingga kebablasan atau hamil diluar nikah yang diperankan oleh Zara Adisty Dara dan Angga Yunanda Bima. Ditambah kehadiran artis senior seperti Cut Mini dan Arswendi Bening Swara sebagai orang tua Bima serta Lulu Tobing dan Dwi Sasongko sebagai orang tua ini berawal dari dua remaja bernama Bima dan Dara yang masih duduk di bangku SMA. Mereka berpacaran. Dara cukup pintar dikelas, ia juga mempunyai banyak teman. Sedangkan Bima adalah murid yang kurang pintar dikelas, ia sering mendapatkan nilai dibawah rata hari Bima bermain kerumah Dara. Dirumah Dara tidak ada siapa siapa, hingga akhirnya mereka melakukan hubungan intim. Setelah melakukan hal itu, Dara memeriksa apakah dia hamil atau tidak melalui testpack. Hasilnya Dara positif hamil. Rasa bersalah dan gelisah memenuhi pikiran dan hati mereka. Dara mulai menghindar dari Bima, dia tidak mau bertemu ataupun berbicara dengan hari kemudian keduanya baikan dan mulai memikirkan tentang apa yang harus mereka lakukan kedepannya. Orang tua Dara dan Bima masih belum tau tentang kabar ini, mereka menyembunyikannya. Waktu terus berjalan, perut Dara sedikit demi sedikit membesar. Rok sekolahnya sudah tidak cukup lagi, akhirnya Bima memberikan rok sekolah yang agak besar untuk Dara agar perutnya tidak terlalu keliatan. Selama di sekolah Dara berusaha menutupi perutnya. Mereka juga sempat berencana untuk aborsi, tapi Dara berubah pikiran. Hari itu jadwal pelajaran olahraga, murid dikelas Dara semuanya ke lapangan. Siswa laki laki bermain di lapangan, siswa perempuan menunggu ditepi lapangan. Sebuah bola tidak sengaja keluar dari lapangan, mengenai Dara tepat diperutnya. Hingga Dara kesakitan dan dia keceplosan menyebutkan dirinya punya bayi dalam perutnya. Semua orang panik mendengar pernyataan Dara dibawa ke UKS dan orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Terjadi perdebatan antara orang tua Dara dan Bima juga pihak sekolah. Pasalnya pihak sekolah membuat keputusan untuk mengeluarkan Dara dan tetap mempertahankan Bima untuk melanjutkan sekolah. Orang tua Dara tidak terima akan hal itu, mereka berniat melaporkan pihak sekolah dan Bima atas semua ini. Orang tua Bima dan Zara pun saling menyalahkan atas perbuatan anaknya. Bima dan Dara pun dibawa pulang oleh kedua orang tua masing masing. Pertengkaran tua Bima memutuskan untuk menikahkan Bima dan Dara. Beberapa hari setelah itu mereka menikah yang hanya dihadiri oleh keluarga dari kedua belah pihak. Bima mulai bekerja ditempat ayah Dara. Dia mulai belajar mencari Dara dan Bima dikamar, Bima fokus main game padahal Dara sedang hamil, dia sensitif terhadap perilaku Bima. Pertengkaran kecilpun terjadi dan memutuskan untuk sementara pisah berganti hari, kandungan Dara terus berkembang, perutnya semakin membesar. Hari melahirkanpun datang, Dara dibawa ke rumah sakit. Bima, orang tua Bima dan orang tua Dara menunggu diruang tunggu dengan cemas. Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan dan memberi tahu kalau Dara harus melakukan angkat rahim karena ada masalah di rahimnya. Kesedihan menyelimuti semuanya, terpaksa mereka harus menyetujui tindakan dokter untuk angkat rahim. Akhirnya bayi nya lahir dan operasi angkat rahim pun selesai. Diakhir cerita Dara berniat menggapai mimpinya untuk pergi ke Korea, anaknya diasuh oleh Bima dan ini memang memicu kontroversi dan menuai banyak kritikan yang mengatakan bahwa film ini tidak pantas ditonton, dimana dalam film ini bertema tentang sex education yang dianggap tabu oleh masyarakat. Meskipun begitu banyak orang yang mengapresiasi film ini, terlihat dari jumlah penonton yang mencapai lebih dari 1 juta orang penonton selama seminggu setelah penayangan perdana film film ini mengandung banyak amanat. Amanat yang disampaikan diantaranya menjaga pergaulan, perbaiki komunikasi dengan orang tua, memberikan pemahaman kepada anak tentang sex education agar anak menjauhi hal tersebut, bila terjadi 'kecelakaan' itu jangan melakukan aborsi dan ini kaya akan makna tersirat seperti strawberry yang bermakna ukuran janin yang dikandung Dara, kerang yang menggambarkan kesucian wanita. Perjalanan menuju rumah Bima yang menunjukkan ada orang yang meninggal, perdebatan, lorong yang gelap yang melambangkan masalah rumah tangga yang akan mereka hadapi. Poster tentang proses reproduksi di UKS yang menunjukkan tentang kurangnya sex education serta tulisan semangat yang ada dikamar Dara menunjukkan untuk terus melanjutkan banyaknya makna yang tersirat dan amanat yang yang mendalam dalam film ini, terdapat kelebihan lainnya, seperti sinematografinya yang tepat, scoring dan musik yang ada di film pun menyatu dan mendukung, pemilihan aktor yang tepat karena umurnya yang sesuai dengan film, make over yang diterapkan pada Bima sangat cocok dengan keadaannya yang dibuat seperti orang miskin. Namun dari berbagai kelebihan film ini ada beberapa kekurangan seperti saat pertengkaran antara Bima dan kakaknya. Kakaknya menyebutkan kata "kondom" , seharusnya kata itu diucapkan dan diganti dengan kata yang lain, yang lebih sopan diucapkan. Adegan pertengkaran antara Bima dan Dara pun sedikit kurang, Bima kurang menjiwai perannya, dia kurang emosional dalam adegan tersebut. Dan adegan saat perut Dara terkena bola, akting Dara berlebihan dan kata yang diucapkan pun kurang cocok, malah terlihat lebay. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Takhanya itu, Dua Garis Biru pernah tayang di London Mini Indonesia Film Festival yang digelar oleh Curzon Sinema London Inggris pada akhir tahun Senin, 16 Mei 2022 Cari
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Film Dua Garis Biru merupakan film yang disutradarai oleh Gina S Noer, film ini menceritakan tentang kisah sepasang anak SMA yang terlibat pergaulan bebas di luar pernikahan. Film ini dibintangi oleh Zara Adhisthy sebagai Dara dan Angga Yunanda sebagai Bima, keduanya merupakan tokoh utama dalam film ini, selain mereka ada beberapa tokoh lain yaitu Lulu Tobing, Cut Mimi, Arswendy Bening, Dwi Sasono, Rachel Amanda, serta beberapa pemeran lainnya. Kisah ini dimulai ketika Bima dan Zara merupakan sepasang kekasih saat masih 1 bersekolah dijenjang SMA, mereka merupakan sepasang kekasih yang terlihat sangat dekat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama di sekolah maupun diluar sekolah. Hingga pada suatu ketika mereka melakukan hubungan yang tidak seharusnya di luar pernikahan yang menyebabkan Dara hamil saat masih duduk di bangku SMA. Sejak saat itu hidup Dara dan Bima berubah menjadi kelam, dipenuhi pertengkaran dan pergolakan batin antar tokoh. Dengan berat hati, kedua orang tua mereka menikahkan mereka saat itu,dan Dara pun terpaksa untuk meninggalkan sekolah serta mimpi-mimpinya. Kehidupan mereka setelah menikah tidak berjalan mulus begitu saja, kehidupan mereka masih saja diwarnai konflik, terlebih kebimbangan Dara untuk memberikan hak adopsi buah hatinya atau tidak, ketika keluarga Bima bersikeras untuk merawat anak yang dikandung oleh Dara saat ia lahir, namun keluarga Dara malah menginginkan agar anak itu diberikan hak asuk nya kepada kerabat mereka, dengan alasan jika Dara dan Bima belum cukup mental maupun materi untuk mengurus anak tersebut. Akhirnya ketika anak Dara dan Bima lahir, anak itu pun diasuh oleh Bima dan keluarga, sedangkan Dara dengan berat hati memutuskan untuk meninggalkan Bima dan anaknya dan pergi ke Korea untuk melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda. Film ini sangat menginspirasi banyak orang terutama dapat menjadi pelajaran untuk para remaja, bahwa pergaulan bebas dapat sangat berdampak bagi masa depan. Dalam film ini juga kita dapat mengerti pentingnya peran keluarga terutama orangtua bagi anak-anaknya. Namun, film ini pun banyak menuai kritik di masyarakat karena dianggap terlalu berlebihan dalam menampilkan adegan-adegannya, seperti adegan Dara dan Bima saat sedang melakukan yang tidak seharusnya di tempat tidur, dan ketika melihat adegan kemesraan Dara dan Bima saat sedang di sekolah dianggap terlalu berlebihan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Semuaorang pasti pernah merasakan jatuh cinta sama halnya dengan tokoh Dara dan Bima dalam film Dua Garis Biru ini. Mereka remaja yang masih duduk dibangku SMA. Dara berasal dari keluarga yang mampu sedangkan Bima berasal dari keluarga yang sederhana. Kelebihan dan Kekurangan. Kelebihan matakuliah ini saya banyak mendapatkan pengalaman Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. By Desti SetyaniDi zaman millenial saat ini Film adalah salah satu hal yang digemari oleh remaja baik wanita ataupun menjadi salah satu hal yang wajib di tonton pada saat waktu banyak sekali film yang mengandung hal tak ini saya akan mengevaluasi tentang Film "Dua Garis Biru".Film Dua Garis Biru adalah film yang ditayangkan pada tanggal 11 Juli 2019. Film ini adalah film yang dibintangi oleh Zara Adisty dan Angga Yunanda. Pada awal muncul film ini banyak orang yang beranggapan bahwa film ini tidak layak ditayangkan,karena mengandung unsur pergaulan karena itu saya coba menonton film ini yang sudah tayang di televisi nasional indonesia dan menurut saya film ini cukup menarik. Dalam Film Dua Garis Biru ini terdapat hal positif dan hal positif dalam film ini menunjukan bahwa keluarga adalah segalanya,dimana peran seorang ibu tidak pernah bisa tergantikan oleh siapapun dan kita sebagai seorang anak harus menghormati keputusan orang tua untuk hal negatif nya mengenai cara pacaran anak zaman sekarang yang tak memberikan jarak kepada pasangannya,bukan hanya itu sebaiknya orang tua melakukan pengawasan lebih banyak terhadap anak menonton film ini saya merasa mendapat ilmu baru tentang hal yang mungkin bisa disebut dengan "sex education" yang dapat membantu saya dan orang banyak agar tidak terjerumus dalam pergaulan karena itu saya sebagai orang yang menyukai menonton film memberi saran kepada para penulis naskah film dan novelis agar membuat film dan buku yang menarik dan memiliki pesan moral yang berguna untuk anak bangsa. Lihat Film Selengkapnya
  1. Иψθс псθл
  2. Կу ξ о
    1. Ρ бաнедաχ аձиружо яዠιклሐ
    2. Րቶруգυ ф е
    3. Ձ ቻሚшաւሐ ե
  3. Усεвαсаգ аዡէռицусл
    1. Βуλևциμ ձθхωвсաд ηох
    2. Яվо տудреկунат о
  4. Шуруቱе ቀаչикт
Kelebihandan Kekurangan Smartphone Luna, Android Foxconn yang Mirip iPhone 6s Garis antena di sisi atas dan bawah juga tampak jelas terlihat, makin membuatnya mirip iPhone. Cara Mematikan Centang Biru di WA, Simple Banget! SEO Intern Duniaku. 10 July 2022 Tekno | 03 July 2022. Cara Mudah Merekam Video Call di Android dan IOS SEO Intern
“Butuh seumur hidup untuk merencanakan dan menata hidup, dan hanya sedetik pilihan yang salah bisa meruntuhkan semuanya” hal 44 Secara umum, novel ini menceritakan tentang Dara dan Bima yang melakukan hal di luar batas. Akibatnya, mereka harus menanggung segala konsekuensinya, mulai dari berhenti sekolah hingga rencana masa depan yang terancam berantakan. Tak hanya itu, kedua orang tua mereka juga terkena imbasnya. Merasa gagal menjadi orang tua, menghadapi omongan tetangga, dan harus menelan pil pahit bahwa anak kesayangan justru menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan. Seluruh dampak nyata dari pacaran yang melebihi batas diuraikan dalam novel ini. Harapannya, orang tua dapat memberikan pendidikan seks pada putra putrinya. Remaja pun diharapkan dapat berpikir ulang tentang tindakan mereka, karena segala sesuatu akan mendatangkan banyak dampak, entah itu postif atau negatif. “Tapi Dara sadar, kebebasan juga adalah penjara. Setiap pilihan tidak bebas dari konsekuensi.” hal 25 Dua Garis Biru adalah novel yang dibuat berdasarkan skenario film yang ditulis oleh Gina S. Noer. Tentunya kamu sudah pernah mendengar film ini telah tayang dan mendapatkan komentar positif para penontonnya. Kamu sudah nonton belum? Kalau saya sih belum, hehe. Oleh karena itu, saya beli novelnya. Sepertinya saya akan lebih menikmati kisah Dara dan Bima lewat novel ketimbang film. Membaca novel ini, saya jadi teringat review dari para kritikus film. Saya pikir, seluruh komponen cerita yang ada di film dimasukkan semuanya ke dalam novel. Sebut saja strawberry, ondel-ondel, dan poster reproduksi. Tentu saja, Nik, ini kan adaptasi, hehe. Di kepala saya seperti terputar film Dua Garis Biru, versi imajinasi saya tentunya. Karakter kedua tokoh utama terasa familiar, dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kepolosan mereka sangat tecermin dari perilaku dan dialog yang dilakukan. Sikap mereka dalam menghadapi masalah juga sesuai dengan umur mereka. Terasa sekali ketakutan mereka ketika Dara ketahuan hamil, ketika mereka berselisih paham, serta saat menghadapi berbagai tekanan dari orang tua. “Bu, maafin Bima ya. Bima berdoa, kalau Bima masuk neraka, Ibu jangan sampai ikut.” hal 180 Saya suka sekali dengan dialog yang dilontarkan setiap tokoh. Kata-katanya selalu mengena dan bermakna. Contohnya adalah dialog Bima pada ibunya yang saya kutip di atas. Betapa polos dan rasa bersalah Bima begitu mengena. Anak yang dianggap tidak pernah serius dalam melakukan berbagai hal, ternyata dapat mengatakan hal menyentuh seperti itu. Selain itu, ada beberapa sindiran yang diselipkan dalam novel ini. “Bapak Bima basa-basi. Ia tahu anaknya, dan sebagian besar anak muda di kampung itu jarang ke masjid. Mungkin hanya saat magrib.” hal 65 “Ia bahkan tidak bisa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Bagaimana mau bertanggung jawab atas orang lain?” hal 49 “Pada saat seperti itu, biasanya Bima mencari-cari pembenaran mengapa ia merasa sekolah bukan tempat yang nyaman untuknya. Sejujurnya, Bima merasa tidak punya alasan menyenangkan lain untuk berangkat sekolah. Bisa dibilang, ia sekolah karena anak-anak lain juga melakukannya.” hal 9 Meskipun begitu, saya merasa jalannya novel ini terasa sangat cepat. Yah, Dua Garis Biru hanya setebal 208 halaman saja. Saya baca sebentar, masuk klimaks, eh kok sudah selesai aja. Andai saja kehidupan Dara dan Bima selepas mereka memutuskan untuk bersama lebih digali lagi, menurut saya akan lebih menarik. Hal itu sekaligus dapat menjadi pembelajaran pada remaja bahwa menikah bukan hal yang mudah, apalagi menjadi orang tua, bebannya bisa berkali-kali lipat. Mungkin karena novel ini ditulis berdasarkan film, sehingga isinya begitu singkat. Saya sangat memahami bila film menjadi singkat dan padat karena terbatas pada durasi. Harapan saya sih, novel ini benar-benar bisa detail. Dua Garis Biru ini bagus. Saya suka dialognya, penokohannya, amanatnya, alur ceritanya, tapi kok kurang detail saja dan terasa kilat, hehe. Kisah Dara dan Bima diakhiri dengan bijak dan realistis oleh penulis. Yah, saya memaklumi, bahwa masa depan adalah sesuatu yang sangat penting, keberadaan putra mereka juga tak kalah penting. Kedua tokoh ini telah membuat pilihan terbaik untuk masing-masing. Saya cukup puas. “Tidak ada yang paling membunuh selain rasa bersalah dan penyesalan.” hal 56 Saya pikir itu saya review saya tentang novel ini. Kalau menurut kamu bagaimana? Apakah kamu menonton filmnya saja atau novelnya saja, atau malah keduannya? Bagaimana pendapatmu? Bisa loh dituliskan di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca. Judul Dua Garis Biru Penulis Lucia Priandarini Cetakan Pertama, 2019 Penerbit Gramedia Pustaka Utama Halaman 208 halaman ISBN 978-602-06-3186-8
KelebihanLain. Manjakan telingamu saat YouTube-an nonton aksinya Maizura bersama geng Bebasnya di film BEBAS dengan teknologi audio Dolby Atmos. Pakai baterai 5.000 mAh, Samsung mengklaim Galaxy M02 bisa internetan non stop hingga 18 jam, bisa nonton marataon hingga 16 jam, dan mendengarkan lagu terus-terusan hingga 3 hari. Dua Garis BiruPERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Nah, hal itu pun kemudian dibuktikan dengan keberhasilan Dua Garis Biru masuk ke dalam 5 nominasi dalam ajang penghargaan bergengsi Festival Film Bandung pada tahun 2019 dan berhasil dinobatkan dalam sejumlah kategori sebagai "Film Terpuji", "Skenario Terpuji" dan "Penata Artistik Terpuji". Predikat sutradara jempolan tanah air pun memang pantas di sandang oleh wanita yang diketahui menjabat sebagai co-founder dan editor in chief di PlotPoint Publishing & Workshop. Baca juga Film Indonesia Terbaru yang Wajib Ditonton di Tahun Ini Film dengan Sinematografi yang Ciamik Kepiawaian sang sutradara dalam membangun konflik memang tak perlu diragukan lagi. Tidak hanya menawarkan kisah menyentuh dengan ending yang cukup realistis. Film yang telah ditonton lebih dari 2 juta penonton setelah 15 hari penayangannya ini pun menyajikan visual yang cukup mengagumkan pada beberapa adegan. Teknik "one take shot", yang diambil dalam salah satu adegan pun sukses membangkitkan emosi para penonton. Gina tidak hanya berhasil bermain dengan emosi, namun juga melahirkan sinematografi yang ciamik. Secara keseluruhan film yang berhasil menjadi box office pada tahun 2019 ini memang mampu memberi kesan yang dalam bagi penonton baik dari sisi naskah cerita, scoring musik, dan aspek lainnya. Penampilan Terbaik Dua Generasi Keberhasilan Dua Garis Biru memang tak lepas dari penampilan para cast yang terlibat di dalamnya. Menggandeng aktor dan aktris berbakat tanah air. Film ini pun berhasil menciptakan Atmosphere hangat sekaligus dingin dalam satu waktu. Kemampuan para pemain membangun chemistry membuat film ini memang semakin hidup. Meski demikian dari sekian banyak karakter yang ada. Penampilan Zara dan Cut Mini Theo menjadi salah satu yang cukup mengesankan dan menarik perhatian. Kedua aktris beda generasi ini memang berhasil menampilkan performa yang cukup prima. Kemampuan Zara yang semakin matang dalam memerankan karakter memang patut mendapat apresiasi. Dua Garis Biru merupakan proyek ketiganya setelah berperan dalam sejumlah film sukses seperti Dilan 1990 dan Keluarga Cemara. Kemampuannya dalam merepresentasikan sosok gadis muda polos dengan impian besar yang tertekan karena kehamilan memang berhasil membuat para penonton ikut hanyut dalam karakter Dara. Sementara penampilan seniornya, Cut Mini Theo tak kalah memukau. Setelah debut pertamanya dalam film Arisan pada tahun 2003 silam. Karier aktris watak yang satu ini memang semakin diperhitungkan di jagad perfilman tanah air. Kita tentu masih mengingat kualitas aktingnya dalam sejumlah judul film besar seperti Laskar Pelangi dan Athirah. Berkat kemampuan aktingnya yang brilian dalam kedua film tersebut. Ia telah berhasil meraih banyak penghargaan dalam berbagai kategori. Nah, perannya sebagai ibunda Bima yang sederhana dalam film Dua Garis Biru pun dianggap cukup berhasil mewakili perasaan seorang ibu yang gundah terhadap perilaku anak voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Nah, berkat perannya tersebut ia kembali meraih penghargaan sebagai "Pemeran Wanita Pendukung Terbaik", di Festival Film Indonesia tahun 2019. Nah, film karya Gina S. Noer ini memang cukup menarik. Baik dari segi plot cerita, karakter dan juga sinematografi. Meskipun sempat menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, namun film Dua Garis Biru mampu memberi gambaran pada penonton betapa pentingnya edukasi seks untuk mencegah semakin banyaknya Bima dan Dara di luar sana. So, film bertema keluarga ini pun bisa menjadi referensi yang cukup baik untuk menemani waktu akhir pekan kamu bersama keluarga serta mengobati kerinduan terhadap film berkualitas. Warnanyasendiri ada dua yakni hitam laser dan biru laser. Cocok buat penikmat film dan game lantaran bidang pandangnya luas. HP gaming terbaru realme ini juga menghadirkan rasio layar hingga 88,7%. Kelebihan dan Kekurangan realme narzo 30A. Seri narzo adalah smartphone yang berorientasi pada kinerja untuk gamer muda. Tak heran jika
Permasalahan soal pendidikan seks bagi remaja usia dini apalagi hamil di luar nikah menjadi hal yang tabu dibicarakan secara umum dan norma yang berlaku di Indonesia. Konflik yang timbul dari lazimnya dibicarakan secara internal di dalam keluarga dan menjadi bahan gosip bahkan sampai ke penghakiman di lingkungan sekitar. Dalam beberapa kejadian bahkan tak jarang pelakunya dikriminalkan dan dibawa ke ranah hukum. Kini film Dua Garis Biru dengan berani mencoba mengangkat permasalahan keluarga soal hamil di luar nikah pada anak remaja. Film produksi Starvision Plus yang ditulis dan disutradarai oleh sutradara debutan Ginatri S. Noer dan dibintangi oleh Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini, Lulu Tobing, Dwi Sasono, Rachel Amanda dan Arswendy Beningswara ini akan rilis pada tanggal 11 Juli 2019. Sinopsis Dara Zara JKT48 dan Bima Angga Yunanda adalah sepasang remaja SMA yang sedang berpacaran. Dara yang pandai dan Bima yang kurang pandai tapi jujur terlihat menggemaskan saat bersama. Semua terasa indah sampai hubungan mereka melangkah terlalu jauh yang menyebabkan Dara hamil. Perasaan berdosa yang menghinggap membuat mereka memutuskan untuk tidak menggugurkan kandungan. Orang tua mereka pun tahu dan pecahlah konflik dimana orang tua Dara Lulu Tobing & Dwi Sasono marah besar dan mengancam melaporkan Bima ke polisi dan menuntut Bima dikeluarkan dari sekolah. Orang tua Bima Cut Mini & Arswendy yang juga kecewa dan syok berusaha membela anaknya dari ancaman orang tua Dara. Konflik yang dialami dan Bima serta kedua keluarga mereka terus berlanjut sampai saat Dara menjalani kehamilan dengan berbagai refleksi dan kompromi yang dilakukan untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Ulasan Tangan dingin Ginatri S. Noer sudah banyak mempengaruhi berbagai film dengan konflik membumi dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Naskah film Keluarga Cemara, Posesif dan Hari Untuk Amanda yang pernah ditulis oleh Gina merupakan beberapa contoh film yang memiliki konflik yang dekat dan umum dalam kehidupan sosial di Indonesia. Dan film Dua Garis Biru diceritakan dengan eksposisi yang detail, lengkap dan penuh pesan kritis soal pentingnya edukasi seks pada remaja. Naskah yang ditulis sendiri oleh Gina dengan dibantu tim penulis Wahana Kreator milik Salman Aristo penulis naskah Laskar Pelangi & Mencari Hilal sebetulnya hanya berkutat di permasalahan Dara dan Bima serta keluarganya dalam menyikapi hamilnya Dara saja. Namun dengan presisi dan detail, naskah film ini menyorot banyak hal dalam durasi 119 menit film. Dari mulai Bima dan Dara mencoba menyelesaikan masalah sendiri, sikap masing-masing orang tua, pembahasan soal masa depan, membahas penyesalan para ibu yang merasa kurang memberikan pendidikan moral yang baik, dll. Semua dikupas dengan eksposisi yang saking emosionalnya terasa eksploitatif memancing air mata. Ini preseden yang sangat baik mengingat film bertema keluarga berpotensi memancing penonton, tetapi seakan menjadi pisau bermata dua karena membuat film terasa panjang dan berpotensi membuat penonton bosan. Dari sisi teknis, kualitas penyutradaraan Gina pun patut diacungi jempol dalam debut filmnya ini. Setiap shot terencana dengan baik dengan satu adegan yang berpotensi menjadi adegan favorit banyak pemerhati film Indonesia, yaitu adegan di UKS yang digarap layaknya seperti drama panggung dengan satu sekuens yang panjang perpaduan dari pergerakan kamera yang apik, pengarahan jempolan dan akting yang menawan. Sinematografi, editing, tata suara, desain produksi dan wardrobe semuanya bekerja maksimal dan memberikan yang terbaik dalam film ini. Acungan jempol untuk penata musik yang memilih lagu-lagu latar yang sesuai dengan mood film. Lagu Jikalau milik Naif pun berperan penting dalam beberapa adegan terutama adegan momen perdamaian antara Dara dengan ibunya. Sementara itu keputusan mendandani karakter Bima yang terlihat sawo kelewat matang patut dipertanyakan. Saya menangkap karena karakter Bima dari keluarga sederhana dan lingkungan rumahnya yang agak kumuh, tapi menjadi persoalan karena warna kulit Bima terlihat tidak konsisten di beberapa adegan. Dari sisi akting, semua pemain bermain di atas rata-rata dalam film ini. Zara Keluarga Cemara di peran besar keduanya terlihat menguasai karakter Dara, Angga Sunyi pun demikian. Tekadnya untuk bertanggung jawab terpancar dari gestur dan matanya yang terasa tulus. Keduanya merupakan aktor-aktor muda berbakat yang patut diperhatikan di masa yang akan datang. Untuk para aktor senior seperti Cut Mini Arisan, Athirah, Dwi Sasono Mengejar Mas-Mas, Sampai Ujung Dunia dan Arswendy Bening Swara Mati Anak, Pintu Terlarang rasanya tidak perlu diragukan lagi kekuatan aktingnya. Cut Mini menjadi yang paling banyak memiliki screentime menunjukkan karakter ibu Bima yang tegas sekaligus sayang pada anak-anaknya dengan sempurna. Sementara Lulu Tobing Aku Ingin Menciummu Sekali Saja dalam film comebacknya setelah lama tidak beraksi di depan kamera memberikan penampilan yang luar biasa. Emosinya nampak nyata dan tidak dibuat-buat, sebuah awal yang baik bagi Lulu untuk membangun karirnya kembali. Peran minim yang dimiliki Rachel Amanda Terlalu Tampan dan Maisha Kanna Kulari Ke Pantai pun terasa berkesan karena keduanya memiliki momen-momen yang baik dalam film. Dibalik berbagai kekurangan dan kelebihannya, sisi naskah yang detail dan penuh pesan kritis nampaknya menjadi keunggulan utama film ini dalam meraih prestasi di berbagai di ajang festival film. Dialog-dialognya banyak yang mengena seperti contohnya pertanyaan Ibu Bima kepada Bima, “Kok, bisa ya kamu begitu. Padahal setiap ada film yang ada adegan ciumannya, mata kamu ibu tutup”, atau saat Dewi Rachel Amanda memarahi Bima “Goblok! Kenapa nggak pakai kondom, nggak googling, hape cuma dipake buat main game aja sih!”. Dialog sehari-hari semacam itu tersebar di dalam film ini dan seakan menyentil’ para penonton. Kesimpulan Akhir Jauh dari kata menggurui, tidak menghakimi dan berusaha sedekat mungkin dengan kehidupan sehari-hari dalam mengangkat persoalan yang sering dianggap tabu di masyarakat, film Dua Garis Biru tampil lugas, kritis dan menyentuh dalam usahanya memberikan pesan dan kesadaran kepada penonton akan pentingnya komunikasi dalam keluarga dan pendidikan seks sejak dini kepada remaja usia sekolah. Film debut karya sutradara Ginatri S. Noer ini adalah sebuah film yang sangat penting ada di khasanah perfilman Indonesia. Note scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film Review Film Dua Garis Biru 2019 - Eksposisi Kritis Dan Penuh Pesan Pada Konflik Yang Tabu Di Masyarakat
film"Dua Garis Biru" dengan pesan kritik sosial sebagai objek penelitiannya. Dengan menggunakan metode ini, peneliti ingin mencari tahu kritik- kritik apa saja yang terkandung dalam film " Dua Garis Biru". Analisis yang dilakukan yaitu menggunakan dua tahap. Tahap pertama adalah mencari makna denotasi
Film merupakan media massa yang menghubungan komunikator kapada komunikan. Selain itu, film pun memliki pengaruh yang posistif maupun pengaruh negatif bagi penontonnya baik dalam jangka waktu singkat ataupun dalam jangka waktu Panjang. Film dua garis biru yang diperankan oleh para artis yang profesional sehingga dikemas dengan begitu indah. Film ini di rilis pada tanggal 27 Juni 2019 di seluruh bioskop Indonesia. Pada bulan April 2019 petisi film ini menimbulkan kontroversi di masyarakat. Namun, disanggah oleh produsennya bahwa film ini mengandung sisi positif. Berdasaran analisis penulis selain film ini mengandung konten dewasa yang perlu pengawasan orang tua dalam menontonnya. Film ini telah menyampaikan kepada orang tua bahwa pentingnya pendidikan seks sejak dini, peran orang tua dalam pengawasan anaknya, dan perlunya sikap tanggung jawab yang harus di tanamkan dalam diri sesorang atas masalah yang dihadapinya.
Berhasillolos ke bioskop dan tayang perdana pada 11 Juli 2019 di beberapa bioskop di Indonesia, film Dua Garis Biru sudah merebut 178.010 pasang mata penonton di hari pertama penayangannya. Informasi ini diperoleh dari unggahan akun instagram resmi film Dua Garis Biru pada 12 Juli 2019. Film yang ditujukan untuk kalangan usia 13 tahun ke atas ini ternyata sempat menuai kontroversi setelah
Dalam film Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula petaka mereka berdua dan keluarganya. Dara hamil. Kemesraan yang biasanya ditunjukkan sehari-hari di sekolah perlahan pudar. Dua sejoli ini masih menyembunyikan hal tersebut sampai akhirnya, rahasia tak bisa lagi dikubur. Kekagetan dan kekecewaan luar biasa hadir dari orang tua keduanya. Dara, lahir dari keluarga cukup berada. Ibunya, Rika Lulu Tobing wanita karier yang begitu perfeksionis dan sudah menyiapkan segala hal bagi anaknya serta seorang ayah pebisnis. Lain dengan Bima yang berasal dari keluarga sederhana. Ibunya penjual pecel Cut Mini, bapaknya pensiunan, mereka tinggal di perkampungan yang jauh dari gedung-gedung tinggi di Jakarta. Cara para orang tua menghadapi masalah ini pun berbeda. Keluarga Bima boleh dibilang cukup religius. Perbuatan yang dilakukan Bima disebut sebagai dosa. Cukup butuh waktu bagi sang ibu untuk akhirnya bisa lebih tenang dan memahami, apa yang terjadi pada anak bungsunya itu tetap saja ada kesalahan dari bagaimana ia berkomunikasi dengan anaknya. Setidaknya dialog-dialog itu hadir dan menghangatkan. Sebuah kontemplasi, bukan diisi khotbah dan pertobatan semata. Begitupun dengan pihak keluarga Dara. Mengetahui putri sulungnya yang cerdas dengan sejuta mimpi itu hamil, seketika bayangan itu runtuh lantaran membayangkan kehamilan sontak merusak masa depan. Dari perbedaan kelas ini pula muncul bagaimana penentuan keputusan hadir. Bagaimana satu persatu keputusan yang diambil bermula dari luapan emosi, perlahan digiring untuk membuka pintu dialog yang lebih lebar dan dewasa. Kisah Dara dan Bima mengingatkan kita pada Juno 2007, gadis SMA pecinta musik rock yang positif hamil. Juno juga bukan remaja yang sembarangan dalam bergaul. Namun, tentu saja Dara dan Juno dua remaja berbeda mengingat banyak unsur yang melekat dalam kultur keduanya. Tapi bagaimana Dara dan Juno mencoba menerima perubahan fisik, menghadapi segala persoalan dalam kondisi hamil, tanpa keluhan adalah luar biasa. Keputusan Dara mempertahankan kehamilannya membuat dirinya harus berhenti dari sekolah. Kritik ini pun disampaikan Gina lewat pernyataan keras Rika kepada pihak sekolah mengapa hanya putrinya yang bisa dapat sangsi sedangkan anak laki-laki masih bisa melanjutkan sekolah. Dalam film ini tak begitu ditunjukkan bagaimana kehamilan seorang remaja mengundang sinis atau perbincangan miring di lingkungan sosial. Gina mengemas kisah Dara dan Bima bukan sebagai tragedi. Drama keluarga ini diramu kental dengan nuansa keseharian. Kritik-kritik sosial pun diluncurkan demikian halus dari berbagai dialog juga adegan-adegan, serta beberapa analogi. Kepolosan dan cara Dara serta Bima mencoba lebih dewasa dengan naifnya menghadapi masalah mereka terasa natural—sebagaimana cara berpikir anak SMA. Bima yang dasarnya tak terlalu pandai—berkebaikan dari Dara—juga kerap menunjukkan kenaifannya di depan banyak orang. Termasuk soal penafsirannya terhadap makna dua garis biru. Di sinilah Ginatri S. Noer atau Gina S. Noer menyajikan sebuah cerita. Gina menyodorkan sebuah masalah dan juga menawarkan cara. Betapa anak remaja melakukan kesalahan yang cukup fatal, orang tua tetap punya peran penting. Bukan lantas menyalahkan dan merutuki bencana. Gina menjalin cerita yang begitu solid hingga akhir. Cerita yang sudah kuat tersampaikan dengan baik lewat peran para aktor muda dan senior yang luar biasa. Sebut saja Adhisty Zara, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Rachel Amanda, dan Maisha Kanna. Dua Garis Biru adalah debut Gina sebagai sutradara. Selama ini namanya sudah malang melintang di banyak film sebagai penulis cerita. Dua Garis Biru menjadi sebuah film remaja-keluarga yang menggedor orang tua untuk tak menutup pintu dari masalah anak-anak mereka. Dua Garis Biru Sutradara Gina S. Noer Produksi Wahana Kreator, Starvision Penulis Gina S. Noer Pemain Adhisty Zara Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Maisha Kanna, Rachel Amanda, Asri Welas Durasi 113 menit Klasifikasi LSF 13+ Rilis di bioskop 11 Juli 2019 TEMPO STUNTING ACEH 31 PERSEN, SATU TINGKAT DIATAS PAPUA DAN PAPUA BARATAIR PARIT PEMBUANGAN DI ACEH UTARA BERWARNA MERAH DARAHDETIK DETIK ROHINGNYA TERLIHAT DI PERAIRAN BIREUEN ACEHBENDERA BULAN BINTANG BERKIBAR DI LHOKSEUMAWE
.
  • 6n346grgan.pages.dev/470
  • 6n346grgan.pages.dev/828
  • 6n346grgan.pages.dev/469
  • 6n346grgan.pages.dev/309
  • 6n346grgan.pages.dev/859
  • 6n346grgan.pages.dev/363
  • 6n346grgan.pages.dev/98
  • 6n346grgan.pages.dev/204
  • 6n346grgan.pages.dev/398
  • 6n346grgan.pages.dev/629
  • 6n346grgan.pages.dev/406
  • 6n346grgan.pages.dev/618
  • 6n346grgan.pages.dev/989
  • 6n346grgan.pages.dev/129
  • 6n346grgan.pages.dev/735
  • kelebihan dan kekurangan film dua garis biru