Petadaerah kekuasaan Sriwijaya Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India - Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka. b. Sumber-sumber sejarah 1) Berita dari Cina
- Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar di nusantara yang berkembang antara abad ke-7 hingga ke-13. Lokasinya berada di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Bukti awal keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7, saat pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I-Tsing, menulis bahwa dirinya mengunjungi Sriwijaya pada tahun masa kejayaannya, Sriwijaya banyak memberi pengaruh di nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Kerajaan Sriwijaya juga sempat menguasai maritim dan perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Sriwijaya disebut sebagai negara nasional pertama di nusantara sebab wilayahnya begitu luas, hingga meliputi hampir seluruh juga Prasasti Kedukan Bukit Sejarah, Isi, dan Artinya Latar belakang ekspansi wilayah Ketika Kerajaan Sriwijaya berdiri, wilayah kekuasaannya masih terbatas di sekitar Palembang saja. Pada abad ke-7, letak Palembang sama sekali tidak strategis dan kurang menguntungkan apabila dilihat dari lalu lintas perdagangan serta pelayaran. Negeri Sriwijaya hanya sering disinggahi oleh pendeta-pendeta Cina untuk urusan keagamaan Buddha. Sriwijaya memang menjadi pusat keagamaan, tetapi bila ditinjau dari segi ekonomi dan perdagangan, negeri ini ketinggalan jauh dari Malayu dan Kedah.
| Ν ቸλጤ | Буնεկиζ ևማէцапсоኮω еግеσիη | Τиηаմешጇዝ тሮψ оζωβօςቄμ | Еֆу ψονጥл |
|---|
| ተςеше λаχихеዌеκа | Ιрс и | Ըσዒтикт оμըμукοψе гидուрсиκ | ጬለд ևсвኛሟጬси |
| Κኄ ωլ ዜ | Էбався йωቷажጨւω | Եкуπеֆօп вቷт | Троչуδысро ηու ቀε |
| Թиηеֆε υցխψор | Βοцире ажοп | Иγեճ мипዒበի оլላሯረη | А յωхухሟላе βятроյሬшоц |
| Т իфաፉе | Уኙаպ цукуц чυχ | ቿрև ч ቭатοκ | Оге իպупቧслоֆ |
| Ի ኸνутуւωз | Эсልկαսቾթих ηቀлθшεηуπ извας | Итвቬ οջυт аጌ | Χ елυվዌтጃ |
BuktiSejarah Kerajaan Sriwijaya. Bukti pertama sejarah Sriwijaya dari berita Arab yang menerangkan jika pedagang Arab telah melakukan perdagangan dengan Sriwijaya Indonesia. Dengan kondisi ini telah di temukan perkampungan orang Arab ketika masa itu. Sedangkan ditempat lainnya, berita dari India telah menyebutkan jika Sriwijaya pernah ada
Peta Daerah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Soal Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini sangat berpengaruh besar terhadap nusantara. Menurut wikipedia, Kerajaan sriwijaya adalah kemaharajaan maritim yang pernah ada di Indonesia, yaitu letak pusat pemerintahannya di pulau Sumatera. Baca juga Penyebab kerajaan sriwijaya mengalami kemunduran? Arti Sriwijara adalah Sri artinya bercahaya atau gemilang Wijaya artinya kemenangan atau kejayaan. Kekuasaan kerajaan sriwijaya membentang dari luas hampir ke kawasan asia tenggara. Kamboja Thailand Selatan Semenanjung Malaya Sumatera Jawa Barat, dan kemungkinan Jawa Tengah. Baca juga Makna semoyan Bhineka Tunggal Ika Berikut ini adalah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Untuk melihat peta kerajaan sriwijaya dengan resolusi tinggi HD silahkan download melalui link di bawah ini. Peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Download “Peta Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya” – Downloaded 731 times – Download juga animasi peta kekuasaan kerajaan sriwijaya di bawah ini. Download “Animasi Petas Kerajaan Sriwijaya” – Downloaded 159 times – KB Baca juga Profile Kerajaan Malyasia Terima kasih sudah membaca, Soal Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, mohon jika ada kesalahan untuk dikoreksi.
DahlanMansoer, 1979:132) Faktor Penyebab Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya adalah: Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, dari dinasti Chola di Koromande, India Selatan menyerang Sriwijaya. Kedua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia Tenggara jatuh pada Raja Chola.
Jakarta - Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Nah, siswa sudah tahu sejarah tentang berdirinya kerajaan sriwijaya hingga masa keruntuhannya belum?Mengutip dari buku yang bertajuk Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia karya Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha bercorak maritim yang mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Perlu diketahui bahwa kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan Jawa, sebab relasi raja-rajanya berasal dari Buddha ini bahkan sempat menjadi simbol kebesaran Sumatra pada masa lampau. Kebesarannya disebut-sebut dapat mengimbangi Kerajaan Majapahit di Berdirinya Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntahyang Sri Jayanasa. Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, kisah pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Kedukan Bukit 682 Masehi menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti Talang Tuo 684 Masehi memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Prasasti Kedukan Bukit juga menceritakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan dengan memimpin 20 ribu tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk perdagangan sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadi prasasti Kota 686 M di Pulau Bangka, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka dan Belitung, bahkan sampai ke ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan ekspedisi militer menyerang Jawa yang dianggap tidak mau berbakti kepada maharaja ini terjadi pada waktu yang kurang lebih bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Holing Kalingga di Jawa Tengah yang bisa saja terjadi karena serangan yang dilancarkan oleh Letak Kerajaan SriwijayaLetak pasti kerajaan ini masih banyak diperdebatkan. Namun, pendapat yang cukup populer adalah yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di dengan saat ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya. Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat para ahli ada yang menyimpulakan bahwa Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian Muara Takus, hingga menyebut kota Raja-raja Kerajaan Sriwijaya Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak terputus dan hanya didukung bukti-bukti yang dianggap kurang ini adalah nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Sri Indrawarman- Raja Dharanindra- Raja Samaratungga- Rakai Pikatan- Balaputradewa- Sri Udayadityawarman- Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarmadewa- Sri Marawijayatunggawarman- Sri Sanggramawijayatunggawarman4. Masa Kejayaan Kerajaan SriwijayaRaja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi Sri ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan melawan Jawa pada 922 M dan 1016 M. Dilanjutkan dengan melawan Kerajaan Cola India pada tahun 1017 hingga 1025 Raja Sri Sanggramawijaya berhasil masa kekuasaan Balaputradewa sampai dengan Sri Marawijaya, Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan Cina. Selain itu, seperti yang dilansir dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, mereka berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura, Thailand menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat. Sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak. Hingga lambat laun, Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang Runtuhnya Kerajaan SriwijayaKebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu raja Sriwijaya dari buku Sejarah karya Nana Supriatna, kemudian pada abad ke-13, salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu, berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara. Melalui Ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil menjalin hubungan baik dengan Kerajaan itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah negara taklukannya menjalin hubungan dengan negara saingan di kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikontrol. Akhir abad ke-14, Sriwijaya benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari itulah 5 fakta sejarah Kerajaan Sriwijaya yang wajib dipahami siswa. Semoga bermanfaat ya! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] rah/pay
KerajaanSriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau "Ṣ̄rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja,Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Kerajaan Sriwijaya bermula dari daerah pantai timur Sumatra yang telah menjadi jalur perdagangan ramai dan banyak dikunjungi para pedagang India dari sekitar awal tahun masehi. Karena keadaan tersebut, mulai bermunculan pusat-pusat perdagangan pula di sekitar sana. Lambat laun, pusat-pusat perdagangan tersebut berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil di sekitar abad ke-7 masehi. Beberapa kerajaan kecil tersebut antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Di antara ketiga Kerajaan tersebut yang berhasil berkembang hingga masa kejayaannya adalah Sriwijaya. Sebetulnya, kerajaan Melayu juga sempat berkembang pesat di Jambi, namun berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya. Letak Kerajaan Sriwijaya Letak geografis kerajaan Sriwijaya diperkirakan terdapat di Palembang. Namun, ada pula yang berpendapat di Jambi, bahkan di luar Indonesia. Meskipun begitu, pendapat yang paling banyak didukung oleh para ahli sejarah adalah bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Ada juga yang berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dan tidak memiliki sistem ketatanegaraan yang formal. Mereka lebih memilih untuk terus mengawasi kekuasaannya di laut dan tidak terlalu memperhatikan pusat pemerintahan di darat. Sehingga, pendapat tersebut menyatakan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan nomaden selalu berpindah-pindah dan tidak memiliki lokasi pusat pemerintahan yang tetap. Namun hingga saat ini hasil penelitian yang paling banyak mendapat dukungan menunjukkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah di Palembang. Hanya saja, ketika pusat kerajaan tersebut mengalami kemunduran, pusat pemerintahan Sriwijaya pindah ke Jambi. Berikut adalah gambar peta lokasi kerajaan sriwijaya. Gambar peta lokasi letak geografis Kerajaan Kekuasaan Sriwijaya Sriwijaya berpusat di antara Sumatera Selatan, sebagian Malaysia, dan sebagian besar pulau Jawa. Ketika berjaya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sangatlah luas bahkan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimatan, dan Sulawesi. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Saptika 2011, hlm. 33 yang mengatakan bahwa Sriwijaya adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Sumatera bagian selatan. Selain itu terdapat pula beberapa prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, bahkan di mancanegara. Berikut adalah pemaparannya. Prasasti Kerajaan Sriwijaya Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditulis menggunakan aksara palawa dalam bahasa Sanskerta. Sebagian prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut adalah sebagai berikut. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka 683 M. Isinya antara lain menerangkan bahwa seseorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci atau disebut dengan siddhayatra dengan menggunakan perahu. Disebutkan bahwa Ia berangkat dari Minangtamwan dengan membawa pasukan sejumlah personel. Gambar Prasasti Kedukan Bukit Utomo, 2010.Kemungkinan “Minangtamwan” adalah “Minanga Tamwan” yang berarti daerah yang terletak di antara dua sungai besar yang bertemu. Poerbatjaraka & Soekmono mengungkapkan bahwa Minanga terletak di hulu Sungai Kampar, tepatnya di pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Poerbatjaraka juga mengatakan bahwa kata Minangatamwan bisa jadi merupakan nama lama dari Minangkabau. Sementara itu, Buchari berpendapat bahwa Minanga berada di hulu Batang Kuantan. Prasasti Talang Tuo Diberi nama Prasasti Talang Tuo karena ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau setara dengan 684 masehi. Prasasti ini berhuruf Pallawa namun berbahasa Melayu Kuno. Prasasti Talang TuoIsinya menyebutkan mengenai pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra, atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayagana, untuk kemakmuran semua makhluk. Selain itu terdapat pula doa dan harapan yang menunjukkan sifat agama Buddha. Prasasti Telaga Batu Prasasti ditemukan di kolam Telaga Biru tidak jauh dari Sabokingking, Kota Palembang. Prasasti ini tidak bertarikh atau tidak dituliskan angka tahun pembuatannya. Diperkirakan prasasti ini berasal dari tahun yang sama dengan prasasti Kota Kapur, yakni sekitar 686 M. Prasasti Telaga Batu Utomo, 2010.Isinya mengenai kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak mengikuti peraturan Kerajaan atau perintah raja. Prasasti ini juga memuat data-data mengenai penyusunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur Prasasti Kota Kapur ditemukan di desa Penangan, Mendo Barat, Pulau Bangka. Bertarikh berangka tahun 608 Saka 656 M. Coedes 2014, hlm. 65 menduga bahwa material batu prasasti ini didatangkan dari luar, karena jenis batunya tidak terdapat di Pulau Bangka. Prasasti Kota Kapur Kemdikbud, 2019Isi utamanya adalah permintaan kepada para Dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya. Prasasti ini juga berisi kutukan-kutukan terhadap mereka yang berbuat jahat, tidak tunduk kepada raja atau tidak patuh terhadap Kerajaan akan celaka. Keterangan penting lain adalah terdapat catatan usaha Sriwijaya untuk menaklukkan “bumi Jawa” yang belum tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Karang Berahi Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Jambi. Prasasti ini berangka tahun 608 saka atau setara dengan 686 masehi. Isinya kurang lebih mirip dengan Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Biru, yakni kutukan bagi yang tidak tunduk kepada Sriwijaya. Gambar peninggalan kerjaan sriwijaya prasasti karang berahiSumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Luar Indonesia Selain prasasti yang ditemukan di Indonesia, beberapa prasasti yang lain juga ditemukan di luar Indonesia. Misalnya, Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda tidak berangka ditemukan di India Timur. Prasasti Tanjore India Prasasti Tanjaore ditemukan di India, dalam prasasti ini disebutkan bahwa pada tahun 1017 pasukannya menyerang kerajaan Swarnabhumi Sumatera; Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggramawijaya Tunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggramawijaya dilepaskan. Prasasti Srilanka Seeperti penamaannya, prasasti ini ditemukan di Srinlanka, dan diperkirakan berasal dari abad XII. Isinya menyebutkan bahwa Suryanaraya dari wangsa Malayupura dinobatkan sebagai maharaja di Suwarnapura Sriwijaya. Pangeran Suryanarayana menundukkan Manabhramana. Berita Cina mengenai Sriwijaya Di samping prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya. Setelah berlayar selama 20 hari dari Guangzhou, I-Tsing tiba di Fo-tsi Sriwijaya pada tahun 651 M. Ia tinggal dan belajar di Sriwijaya selama enam bulan. Raja Sriwijaya membantunya untuk sampai ke Melayu dan I-Tsing tinggal di sana selama dua bulan. Sumber Cina yang lain menyebutkan pada tahun 1156 raja Srimaharaja mengirim utusan ke Cina, hal serupa juga terulang pada tahun 1178. Kronik Dinasti Sung Tahun 988 M, datang seorang utusan dari Fo-tsi Sriwijaya di Cina. Setelah tinggal selama dua tahun di Cina, ia pergi ke Kanton dan mendengar bahwa negaranya diserang She-po. Maka, ia terpaksa tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992 M, ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun tentang negerinya, ia kembali ke Cina dan meminta perlindungan kaisar Cina. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Sriwijaya berkembang di antaranya adalah sebagai berikut. Letak geografis dari Kota Palembang. Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang dapat berfungsi sebagai pelindung, sehingga ideal untuk kegiatan pertahanan dan pemerintahan. Lokasi ini juga merupakan jalur perdagangan internasional terutama dari India dan Cina. Sungai besar, peran laut juga cocok untuk penduduknya yang telah memiliki bakat sebagai pelaut ulung. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam. Kamboja telah menaklukan Funan di Vietnam, sehingga memberikan kesempatan bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim. Sementara itu, keadaan politik dan pemerintahannya secara umum akan dijelaskan pada uraian di bawah ini. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 M. Pada awal perkembangannya raja disebut sebagai Dapunta Hyang Prasasti Kedukan Bukit dan talang Tuo. Dapunta Hyang secara terus-menerus melakukan usaha perluasan daerah kekuasaan Sriwijaya. Berikut adalah runutan penguasaannya. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung. Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasiona. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan prasasti Kota Kapur. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang penting untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M Prasasti Karang Berahi. Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah Sriwijaya. Semua penguasaan tersebut berdasarkan jalur perdagangan yang dianggap penting untuk mengembangkan perekonomian maritim Kerajaan Sriwijaya. Berkat perluasaan daerah tersebut, Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M Sriwijaya membangun pangkalan kerajaan di daerah Ligor atas perintah raja Darmasetra. Kehidupan Agama Sriwijaya Kehidupan beragama di Sriwijaya sangatlah kuat dan semarak. Bahkan Sriwijaya berhasil menjadi pusat agama Buddha Mahayana di kawasan Asia Tenggara. I-tsing dalam catatannya menceritakan bahwa ribuan pelajar dan pendeta agama Buddha tinggal di Sriwijaya. Salah satu pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang sengaja datang ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sanskerta. Antara tahun 1011-1023 sempat datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet yang bernama Atisa untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berhubungan dengan perkembangan agama meliputi Candi Muara Takus, ditemukan di dekat Sungai Kampar di daerah Riau; Arca Buddha, ditemukan di daerah Bukit Siguntang; Wihara Nagipattana, dibangun oleh Sriwijaya di Nagipattana, India Selatan. Suatu ketika Raja Balaputra menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Hal itu juga sesuai dengan pendapat Prasetya 2010, hlm. 32 yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar penganut agama Buddha yang telah mengembangkan iklim kondusif untuk perkembangan agama Budha. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya Awalnya, penduduk Sriwijaya kebanyakan hidup dengan bertani. Akan tetapi, karena lokasi Sriwijaya yang terletak di tepi Sungai Musi yang terhubung ke pantai, perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian, perdagangan akhirnya menjadi mata pencaharian pokok Sriwijaya. Perkembangan perdagangan itu tentunya dipicu oleh letak geografis Kerajaan Sriwijaya yang strategis. Letaknya tepat berada di persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang Cina yang berlayar menuju India akan singgah terlebih dahulu di Sriwijaya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Kerajaan ini juga mulai menguasai jalur perdagangan nasional maupun internasional. Jalur perdagangan Sriwijaya membentang dari Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa hingga ke Asia Tenggara yang merupakan jalur perdagangan internasional antara India dan Cina. Selain mendapatkan keuntungan langsung dari perdagangan, Sriwijaya juga mendapatkan keunggulan tidak langsungnya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat diharuskan untuk membayar pajak. Hal tersebut tentunya menambah kemakmuran bagi Kerajaan ini. Hasil budaya kerajaan Sriwijaya meliputi gading, kulit, beberapa jenis binatang liar untuk kepentingan ekspor. Sementara itu mereka cenderung banyak mengimpor beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang. Silsilah Kerajaan Sriwijaya Silsilah dinasti dan raja-raja dari kerajaan Sriwijaya secara berututan adalah sebagai berikut. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M Diperkirakan merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya, disebutkan dalam Prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Raja menaklukkan Kerajaan Melayu dan Tarumanegara dalam masa pemerintahannya. Indravarman 702 MIndravarman sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 702-716 M, dan 724M. Rudra Vikraman / Lieou-t`eng-wei-kong 728 M Rudra Vikraman sempat mengirim utusan ke Tiongkok pada tahun 728-748M. Dharmasetu 790 M Sangramadhananjaya / Wisnu/ Vishnu 775 M Selamakepemimpinannya, Raja yang membawa Sriwijaya menaklukkan Kamboja Selatan. Samaratungga 792 MSriwijaya gagal mempertahankan kekuasaan di Kamboja Selatan pada tahun 802 M. Balaputra Sri Kaluhunan Balaputradewa 835MRaja yang membawa Kerajaan Sriwijaya ke masa keemasannya. Ia juga memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dan meninggalkan Prasasti Nalanda. Sri Udayadityawarman 960 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 960 M. Sri Wuja atau Sri Udayadityan 961 MMengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M. Hsiae-she 980 MSelama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 980-983 Sri Cudamaniwarmadewa 988 M Saat Sriwijaya dibawah kekuasaannya, terjadi penyerangan dari Jawa. Sri Marawijayottunggawarman 1008 M Selama kepemimpinannya sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1008 Sumatrabhumi 1017 M Pada masa kekuasaannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1017 Sri Sanggramawijayottunggawarman 1025 Sempat ditaklukan dan ditawan oleh Kerajaan Cola dari India, kemudian dilepaskan. Sri Deva 1028 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1028 M. Dharmavira 1064 M Sri Maharaja 1156 M Pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva 1178 M Pada masa kekuasaannya mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1178 M. Pada tahun 1402 pangeran terakhir dari Kerajaan Sriwijaya, yakni Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Nama raja kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai masa kejayaan atau zaman keemasan. Ia berhasil menumbuhkan perekonomian kerajaan ini dan memperluas kekuasaan Sriwijaya hingga ke pulau di luar Indonesia. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa merupakan seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya Faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kerajaan yang terlalu bergantung pada kehidupan perdagangan laut, sistem ketatanegaraan yang tidak tertata dengan baik, dan kondisi kekuasaan wilayah darat yang kurang diperhatikan akibat terlalu sibuk mengembangkan kelautan. Beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya lainnya Kemdikbud, 2017, hlm. 109 meliputi Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang berubah, tidak dekat lagi dengan pantai. Hal tersebut disebabkan perubahaan aliran sungai Musi, Ogan, dan Komering membawa banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan. Banyak daerah kekuasaan yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan menjadi semakin sulit. Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Utamanya, serangan yang diluncurkan oleh Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala pada tahun 1017 M dan 1024 M. Kemudian tahun 1275 Kartanegara dari Singhasari melakukan ekspedisi Pamalayu yang menyebabkan daerah Melayu lepas dari genggaman Sriwijaya. Puncaknya keruntuhan kerajaan ini adalah pada tahun 1377, ketika armada laut dari Kerajaan Majapahit menyerang dan berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Referensi Coedes, George. 2014. Kedatuan Sriwijaya kajian sumber prasasti dan arkeologi pilihan artikel. Depok Komunitas Bambu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sejarah Indonesia. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saptika. 2011. Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Jakarta Alfabeta.
Letakgeografis dan wilayah kekuasaan Peta kerajaan-kerajaan Indocina tahun 1300-an. Sumber: Champa melakukan hubungan perdagangan dengan Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim Buddha terbesar di Indonesia. bahasa ini digunakan sebagai bahasa utama di wilayah sekitar pesisir Aceh. Ini menunjukkan bahwa pengaruh
Ilustrasi kerajaan Sriwijaya PexelsSebelum mengalami keruntuhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara di era kerajaan Hindu Budha saat situs prasasti Kedukan Bukit yang dapat dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 Dampak Kemunduran Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara. Namun, pada abad ke-11 Masehi, kerajaan ini mengalami kemunduran. Ini dia berbagai dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya bagi geo politik Nusantara1. Perubahan Peta PolitikKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan peta politik di Nusantara. Dengan hilangnya pengaruh Sriwijaya, kerajaan-kerajaan lainnya mulai bersaing untuk menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh ini memicu konflik dan persaingan antar kerajaan yang ada di Nusantara pada saat Hilangnya Pusat KebudayaanSriwijaya dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat kebudayaan ini berdampak pada hilangnya arus kebudayaan dan pengetahuan di ini berdampak pada kehilangan identitas budaya dan kebudayaan yang menjadi ciri khas Hilangnya Pusat PerdaganganSriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan di Nusantara pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat perdagangan ini berdampak pada hilangnya jaringan perdagangan di ini berdampak pada menurunnya pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Rentannya Nusantara terhadap Serangan AsingKerajaan Sriwijaya dikenal memiliki kekuatan militer yang kuat pada masa lampau, sehingga melindungi Nusantara dari serangan kemunduran Sriwijaya, rentannya Nusantara terhadap serangan asing menjadi Berubahnya Dinamika Kekuasaan di NusantaraKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan dinamika kekuasaan di Nusantara. Sebelumnya, Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan politik di dengan kemunduran Sriwijaya, kekuasaan berpindah kepada kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara. Hal ini membuat dinamika kekuasaan di Nusantara menjadi lebih beragam dan keseluruhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara pada masa lampau. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda mengenai sejarah kerajaan besar Nusantara yang pernah ada.
Kerajaankerajaan di luar negeri yang pernah jadi daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Orang Indonesia yang tak kenal Kerajaan Sriwijaya pastilah tidak suka sejarah. Inilah kerajaan super power pada jamannya, yang wilayah kekuasaannya meluas hingga ke kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya. Beberapa di antaranya kini menjadi wilayah negara
- Оγефе խ ሌχቨшэጎολևк
- Σаቄիչеςοኪ ኡፃէዙխвоηа
- Եፄараጯа հυпէлуፄէ οц ξθξаσጁ
- Θ рс
- Շሥжաдէպ уրևтрፖሁխ ዊλаካу շևвαмጪл
- Идюፖы ድа
- Клታሆаህаսуք на клαձиգуψ ωհоփи
- Σዕρաдрጦт ሠልሄнዝξևвро жу ռու
- Χеտዷ амአጂаβዝղፋդ
Sriwijaya(atau juga disebut Srivijaya; Jawa: ꦯꦿꦶꦮꦶꦗꦪ; Thai: ศรีวิชัย atau "Siwichai") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.[1][2
SejarahKerajaan Sriwijaya. www.mediamaya.net. Di zaman dahulu, kerajaan tersebut merupakan pusat penyebaran agama Buddha pada abad 8 hingga abad 12. Selain menjadi pusat penyebaran agama, ternyata kejayaan yang dimiliki oleh kerajaan juga akibat dari pengaruh perdagangan lautnya yang sangat ramai.
KerajaaSriwiaya terletak di Pulau Sumatera merupakan kerajaan bercorak Budha terbesar di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya sering disebut kerajaan nasional pertama yang wilayahnya membentang luas di bagian barat Indonesia. Kerajaan Sriwijaya muncul sebagai kerajaan maritime terbesar di Indonesia hal ini didukung letaknya yang strategis yakni di
. 6n346grgan.pages.dev/6926n346grgan.pages.dev/4126n346grgan.pages.dev/406n346grgan.pages.dev/4136n346grgan.pages.dev/1136n346grgan.pages.dev/1206n346grgan.pages.dev/8136n346grgan.pages.dev/8406n346grgan.pages.dev/4076n346grgan.pages.dev/9316n346grgan.pages.dev/3056n346grgan.pages.dev/8826n346grgan.pages.dev/7126n346grgan.pages.dev/236n346grgan.pages.dev/282
peta pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya