BacaJuga: Apakah Hari Kartini 21 April 2022 Libur Nasional? Simak Penjelasannya. Biografi RA Kartini. Raden Adjeng (RA) Kartini merupakan keturunan priyayi Jawa, anak dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Dia lahir di Jepara, 2 April 1879. Kartini merupakan anak kelima dari 11 bersaudara dan merupakan anak perempuan tertua.Biografi RA Kartini – Siapa yang tak kenal dengan Kartini? Sosok wanita nan ayu yang begitu dipuja oleh kaum wanita Indonesia. Karena beliaulah, wanita di negeri ini bisa merasakan kesamaan derajat dengan pria. Wanita tidak hanya berputar di sumur, kasur dan dapur. Karena Kartinilah wanita Indonesia layak diperhitungkan. Apa yang beliau lakukan telah membuka lebar pintu emansipasi. Wanita kini memiliki peranan yang tak kalah penting bagi negeri ini. Untuk mengenal lebih jauh mari kita bahas Biografi singkat Kartini yang sudah dirangkum dari berbagai sumber Biografi Kartini1. Lahirnya Kartini2. Masa Remaja RA Kartini3. Masa Dewasa KartiniB. Surat-surat Yang dibuat KartiniC. Pemikiran RA KartiniD. Buku RA KartiniE. Kontroversi RA KartiniF. Peringatan Hari kartiniG. Nama Jalan RA Kartini di BelandaH. Galeri fotoI. Film RA KartiniJ. Lirik Lagu Ibu Kita KartiniRekomendasi Buku & ArtikelKategori Biografi Pahlawan IndonesiaMateri Terkait 1. Lahirnya Kartini Biografi singkat Kartini diawali dari sejak kelahirannya. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Beliau masih merupakan keluarga bangsawan Jawa. Itulah sebabnya gelar Raden Adjeng alias disematkan padanya. Sesuai dengan adat jawa yang masih melekat, gelar bangsawan ini kemudian diganti menjadi Raden Ayu saat beliau menikah. Ayah Kartini bernama Raden Adipati Ario Sosroningrat putra dari Pangeran Ario Tjondro IV. Ibunda Kartini bernama Ngasirah. Beliau sebenarnya istri pertama namun sayang, status itu tak membuatnya bisa menjadi istri utama. Ngasirah hanyalah gadis sederhana yang terlahir sebagai rakyat jelata . Beliau merupakan putri seorang kyai di Teluk Awur. Raden Adipati Ario Sosroningrat terlanjur jatuh hati padanya. Meskipun berbeda kasta, namun memang cinta tak bisa memilih. Statusnya yang bukan berasal dari keluarga bangsawan melabrak aturan kolonial Belanda. Aturan yang diterapkan Belanda mengharuskan seorang bupati harus memilih keluarga bangsawan juga sebagai pasangannya saat menikah. Hal ini tentu menyulitkan Ario untuk mengambil tampuk pimpinan sebagai bupati Jepara dengan istri pertamanya itu. Ario memutar otak agar posisi bupati tetap bisa dijabat tanpa harus melepas istri pertamanya. Agar tetap bisa memenuhi aturan kolonial itu, Ayah Kartini juga menikahi Raden Adjeng Woerjan yang masih memiliki darah biru kerajaan Madura. Akhirnya Ayah Kartini bisa mengambil jatahnya untuk menjadi bupati setelah mematuhi aturan Belanda. Tak lama dari pernikahan keduanya, Ario diangkat jadi Bupati jepara bersamaan dengan lahir putri kecilnya , Kartini. Ario mendapat 2 kebahagiaan sekaligus, yaitu jabatan dan keturunan. Cerita lengkap kehidupan dari RA Kartini juga bisa ditemukan pada buku Seri Pahlawan Nasional Kartini. 2. Masa Remaja RA Kartini Beruntungnya Kartini memiliki Pangeran Ario Tjondro IV, bupati pertama Jepara yang merupakan kakeknya. Kakeknya ini ternyata sudah terbiasa memberikan pendidikan barat kepada anak-anaknya, sehingga cara pengajaran jauh dari kesan konservatif. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara saudara kandung dan saudara tiri ,namun Kartini merupakan anak perempuan tertua dari semua saudara pemikiran kakeknya yang sudah terbuka itu, maka Kartini memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah di ELS Europese Lagere School saat usianya 12 tahun. Menimba ilmu di sekolah ini membuat beliau belajar Bahasa Belanda. Kecerdasan Kartini semakin terasah di dunia sekolah. Sayangnya keinginannya untuk sekolah tak bisa lama. Di usia 15 tahun Kartini harus menghentikan langkahnya ke sekolah. RA Kartini harus tinggal di rumah karena sudah dipingit seperti wanita lain di masa itu. Kartini pun tak punya pilihan. Hal ini tentu membuatnya gundah gulana. Untunglah dia memiliki sahabat di negeri Belanda bernama Rosa Abendanon yang bisa diajak bertukar pikiran selama dipingit. Pertukaran pikirannya dilakukan lewat surat menyurat. Kefasihannya dalam berbahasa Belanda memudahkan komunikasi 2 sahabat beda negara ini. Sebagai wanita cerdas, Kartini pun mempelajari juga pola pikir wanita Eropa. Surat kabar ,majalah bahkan buku dilalap habis. Dari apa yang dibacanya,Kartini tahu bahwa kehidupan wanita Eropa,dengan wanita Indonesia sungguh berbeda di kala itu. Di Indonesia, wanita memiliki status yang rendah. Wanita Indonesia tak pernah mendapatkan persamaan, kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum. Kondisi itu membuat miris hati Kartini. Keinginan untuk memajukan nasib wanita pun tumbuh di hatinya. Kartini merasa tergugah dan bertekad untuk merubah nasib kaumnya. Tekadnya semakin lama semakin kuat yang juga diceritakan pada buku Raden Ajeng Kartini yang bisa kamu dapatkan di Gramedia! 3. Masa Dewasa Kartini Setelah dipingit dari usia 15 tahun , Kartini akhirnya menikah pada usia 24 tahun . Tanggal 12 November 1903, Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat memperistrinya. Namun sayangnya Kartini bukanlah sebagai istri pertama, melainkan sebagai istri keempat dari Bupati Rembang tersebut. Ternyata Suami Kartini bisa mengerti jalan pikiran Kartini . Suaminya pun mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Keinginan Kartini pun semakin menguat terpatri dalam sanubarinya. Dia tak dapat membendung lagi keinginan membebaskan para wanita. Sayangnya, takdir berkata lain. Kartini tak bisa berjuang lebih lama dalam mengangkat harkat derajat wanita karena Kartini wafat di usia 25 tahun. 4 hari setelah melahirkan putra semata wayang, RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904, Kartini menghembuskan nafas terakhirnya. Kematian Kartini cukup mengejutkan karena selama masa hamil dan melahirkan Kartini tampak sehat walafiat. Tak ada yang menyangka jika Kartini akan wafat di usia muda. Banyak mimpinya yang belum sempat tercapai tentunya. Untunglah 8 tahun kemudian, tepat di tahun 1912, Sekolah Kartini dibangun yang oleh Yayasan Kartini di Semarang. Adalah oleh keluarga Van Deventer, tokoh Politik Etis kala itu yang menggagas Pembangunan sekolah tersebut . Tak lama pembangunan pun tersebar Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan beberapa daerah lain. B. Surat-surat Yang dibuat Kartini Tak disangka surat-surat Kartini pada sahabat-sahabatnya di Belanda berhasil dikumpulkan oleh Jacques Henrij Abendanon . Abendanon merupakan suami salah satu sahabat penanya Kartini, Rosa Abendanon. Merekalah yang biasa dikirim surat oleh Kartini. Pada merekalah Kartini biasa menyampaikan tulisannya. Melalui korespondensi atau surat-menyurat yang dilakukan Kartini dengan sahabat penanya di Negeri Belanda, ia mengabarkan ihwal ketimpangan dan ketidaksetaraan kondisi pendidikan perempuan di Indonesia dan hal ini dibahas di dalam buku Kartini Guru Emansipasi Perempuan Nusantara. Sekitar 115 surat yang terkumpul. Surat- surat itu adalah curahan hati Kartini kepada para sahabatnya, antara lain 1. Estelle H Zeehandelaar atau Stella 14 surat 2. Ny Ovink-Soer 8 surat dr GK Anton di Jena dan istrinya 3 surat 4. Dr N Andriani 4 surat 5. Ny HG de Booy-Boissevain 5 surat 6. Ir HH van Kol 3 surat 7. Ny N van Kol 3 surat 8. Ny RM Abendanon-Mandri 49 surat 9. Mr JH Abendanon 5 surat Abendanon 6 surat 11. Suami-istri Abendanon gabungan surat 12. Satu surat belum bisa disimpulkan penerimanya C. Pemikiran RA Kartini Pemikiran milik RA Kartini mampu menarik banyak perhatian masyarakat masa itu, khususnya kaum Belanda. Mereka tertarik pada surat-surat yang ditujukan pada ke orang Eropa yang ternyata buah pemikiran wanita pribumi. Pemikiran RA Kartini mampu menggantikan pandangan masyarakat Belanda pada wanita pribumi di masa itu. Merekapun angkat topi atas pemikiran Kartini. Kartini dikagumi tidak hanya di dalam negeri, melainkan hingga ke seluruh penjuru negeri. Melalui Seri Tempo Kartini yang ada dibawah ini, sosok Kartini diangkat, dikupas, dan dikisahkan dalam sudut pandang lain mengenai peran besar karyanya di zaman tersebut. Baca juga Makna Sumpah Pemuda D. Buku RA Kartini Surat-surat yang selama ini sudah terkumpul oleh Abendanonlah yang kemudian menjadi cikal bakan pencetakan buku dengan tajuk awalnya “Door Duisternis tot Licht”. Kemudian judulnya diterjemahkan menjadi “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” tahun 1922 oleh penerbit Balai Pustaka, buku ini diterbitkan hingga 5 kali. Yang menarik pada buku ini, pada cetakan kelima terdapat lampiran surat-surat Kartini. Berikut ini adalah beberapa buku kartini yang dijual di gramedia a. Kartini Kisah Hidup Seorang Perempuan Inspiratif b. Gelap Terang Kartini c. Raden Ajeng Kartini E. Kontroversi RA Kartini Surat- surat yang dibuat Kartini paling banyak dikirim pada Sahabatnya, Nyonya Rose Abendanon Mandri,istri dari Abendanon. Abendanon, adalah Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Belanda. Dialah yang memiliki peranan penting dalam penerbitan buku-buku Kartini. Usia Kartini saat rajin berkirim surat itu 23 tahun. Kartini selalu bersemangat menceritakan apa yang dilihat, dirasa dan dipikirkannya. Ia memiliki kesempatan untuk duduk di bangku sekolah membuat pemikiran Kartini luas dan terbuka. Kartini menuliskan semua yang dipikirkan dan dirasakannya, termasuk membahas soal keintiman dan ras tiongkok. Orang Tiongkok saat itu hanya dijadikan tameng oleh Belanda menghadapi amarah pribumi dan juga dijadikan kambing hitam atas birokrasi yang kacau. Karena dianggap membahayakan, beberapa surat tentang suku Tiongkok akhirnya disensor oleh Abendanon. Selain itu, Kartini juga membahas kebijakan pemerintahan Belanda dalam menguasai perdagangan candu di Jawa. Kartini juga mengeluarkan kritikan pedas atas kepindahan seorang residen dari Jepara. Surat inipun kembali disensor oleh Abendanon karena dianggap tak layak untuk dibuka. Buku Kartini dicetak pada masa politik Etis mulai bergulir, sementara Abendanon dikenal sebagai pendukung politik etis. Banyak yang menduga adanya rekayasa Abendanon dalam menyortir surat-surat Kartini. Namun , Pada 1987,surat – surat lengkap kartini diterbitkan oleh Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde KITLV dengan judul Kartini Brieven aan Mevrouw Abendanon-Mandri en Haar Echtgenoot’ Ternyata Total ada sekitar 150 korespondensi. Pada tahun 1989,terjemahan dalam Bahasa Indonesianya terbit. Dalam buku itu terbongkarlah kenyataan bahwa Abendanon telah menyortir surat-surat sebagai “sensitif” yang menurutnya tak layak untuk dilihat. Bahkan beberapa surat juga sengaja di sobek di bagian tertentu, khususnya surat-surat yang dianggapnya terlalu pedas atau menyudutkan pemerintahan Belanda. Sementara surat-surat yang menurutnya aman saja yang diterbitkan. Tentu saja hal itu sangat disayangkan, karena kenyataannya surat -surat Kartini bukan hanya karena membahas dalam feminisme, seperti yang selama ini diketahui banyak kontroversi surat-surat, penetapan Kartini sebagai Pahlawan juga sempat mendapat pertentangan. Banyak yang merasa Terlalu berlebihan jika Kartini dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Pertama, Kartini hanya berjuang di daerah Rembang dan Jepara dan yang kedua, Kartini tak pernah berperang dengan mengangkat senjata seperti Cut Nyak Dien atau Christina Martha Tiahahu yang ikut turun ke medan perang. Sikap pro poligami Kartini juga rasanya bertentangan dengan pemikirannya sebagai penggiat emansipasi pihak yang pro Kartini berhasil meyakinkan bahwa perjuangan Kartini dalam menyuarakan persamaan derajat wanita merupakan perjuangan Nasional. Yang tak kalah kontroversi adalah kematian Kartini. Seperti yang sudah kita ketahui, Kartini menghembuskan nafas setelah ini cukup mengherankan mengingat konon Kartini sehat selama hamil dan setelah melahirkan. Namun anehnya, di hari ke empat, Kartini menutup mata. Ada pihak yang menduga Belanda membunuh Kartini lewat tangan Dr van Ravesteyn. Pemikiran Kartini yang terbilang berani memojokkan Belanda, dan kartini dianggap berbahaya. Beredar cerita bahwa di hari Kartini meninggal Dr van Ravesteyn mengajaknya minum anggur sebagai tanda perpisahan. Tak lama setelah itu, Kartini hilang kesadaran dan tak lama meregang pandangan dokter di masa kini, kondisi yang terjadi pada Kartini adalah preeklampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Meskipun hal itu juga belum bisa dibuktikan dengan catatan kematian Kartini entah ada di mana. Pihak keluarga tak ada yang berusaha mencari penyebab kematian Kartini dan menerima ini sebagai takdir. F. Peringatan Hari kartini Pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Bukan hanya itu, Presiden Soekarno menetapkan hari lahir RA Kartini pada tanggal 21 April untuk diperingati sebagai Hari Kartini hingga sekarang. G. Nama Jalan RA Kartini di Belanda Tak dipungkiri Kartini dan semangatnya menginspirasi tidak hanya warga negara Indonesia tapi juga pemerintah Belanda. Kekaguman pemerintah Belanda pada pemikiran Kartini membuat nama Kartini diabadikan sebagai nama jalan di sana. Kota- kota di Belanda yang bernama Kartini adalah a. Di Utrecht Jalan Kartini di kota ini berada di perumahan kalangan masyarakat menengah. Ukuran jalan Kartini lebih besar dari jalan dengan nama tokoh lain. b. Venlo Di Venlo, jalan RA Kartinistraat berbentuk O di kawasan Hagerhof. Nama- nama jalan di daerah itu memang identik dengan tokoh wanita, seperti Anne Frank dan Mathilde Wibaut. c. Amsterdam Di Amsterdam wilayah Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer merupakan daerah yang memiliki Jalan Raden Adjeng Kartini. Wanita dari seluruh dunia yang memiliki pengaruh dalam sejarah, seperti Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella Richaards memang dijadikan juga nama-nama jalan disitu. d. Harleem Jalan RA Kartini di Haarlem berada dekat dengan Jalan Mohammad Hatta, Jl Sutan Sjahrir H. Galeri foto Foto- foto Kartini cukup banyak yang bisa dinikmati. Sebagai keluarga bangsawan sepertinya mengabadikan dalam bentuk foto biasa dilakukan. Berikut beberapa foto Kartini Source Source I. Film RA Kartini Cerita Kartini sudah dibuat dalam versi layar lebar. Tercatat film surat untuk Kartini telah dibuat dimana Kartini diperankan oleh Rania Putri Sari di tahun 2016. Film Surat untuk Kartini mengisahkan seorang duda bernama Sawardi yang berprofesi sebagai tukang pos jatuh cinta pada Kartini. Kartini adalah seorang wanita cerdas yang berani melabrak tradisi. Dia tak mau nasibnya seperti para wanita di masa itu. Sayang cinta Sawardi tak sampai Karena Kartini dinikahi oleh Bupati Rembang . Kemudian di tahun 2017, Dian Sastro juga berhasil memerankan Kartini dengan apik lewat film berjudul Kartini. Hanung sang sutradara kawakan membuat film ini menjadi luar biasa. Kita dibawa ke masa itu hingga merasakan seperti apa perjuangan Kartini. J. Lirik Lagu Ibu Kita Kartini Kekaguman Supratman pada pemikiran Kartini dituangkan dalam lagu berjudul KARTINI. Pada tahun 1929, terciptalah lagu cantik itu. Lagu yang menggambarkan sosok Kartini sebagai pejuang emansipasi. Lagu yang pastinya kita sudah hafal di luar kepala Ibu Kita Kartini Ibu kita Kartini Putri sejati Putri Indonesia Harum Namanya Ibu kita Kartini Pendekar Bangsa Pendekar kaumnya Untuk merdeka Wahai Ibu kita Kartini Putri yang mulia Sungguh besar cita-citanya Bagi Indonesia Sekian biografi tentang Kartini atau yang juga dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Semoga semangat dan perjuangan beliau bisa menginspirasi setiap orang khususnya kaum wanita pada masa modern. Rekomendasi Buku & Artikel Kategori Biografi Pahlawan Indonesia Buku Autobiografi Buku Biografi Ir. Soekarno Buku Biografi Jackma Buku Biografi Jokowi Buku Orang Sukses Materi Terkait Biografi RA Kartini Biografi Cut Nyak Dien Biografi Gus Dur Biografi Ki Hajar Dewantara Biografi Pattimura Biografi Ir. Soekarno Biografi WR Supratman Biografi Jendral Soedirman ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
RadenAjeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya.
Biografi RA. Kartini Lahir 21 April 1879 Jepara, Hindia Belanda sekarang Indonesia Meninggal 17 September 1904 umur 25 Rembang, Hindia Belanda sekarang Indonesia Nama lain Raden Ayu Kartini Dikenal karena Emansipasi wanita Agama Islam Suami/istri Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Hindia Belanda, 21 April1879 – meninggal di Rembang, Hindia Belanda, 17 September1904 pada umur 25 tahun atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini[1] adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Kartini, Sosroningrat. Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.[2] Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit.[2] Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Biografi Pengertian, Macam, Jenis, Struktur Dan Contohnya Lengkap Riwayat Singkat Kartini Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[3], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan Moerjam, keturunan langsung Raja Madura.[2] Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung Woerjan, Tjitrowikromo. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.[2] Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS Europese Lagere School. Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan. Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht Kekuatan Gaib karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder Letakkan Senjata. Semuanya berbahasa Belanda. Oleh orangtuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Nusantara – Konsepsi, Isi Wawasan, Geopolitik, Geostrategi, Hakikat Sejarah Pergerakan Kaum Wanita RA. Kartini adalah seorang Pelopor Pergerakan kaum wanita. Kartini sudah menjadi sejarah didalam keikutsertaan kaum wanita hawa diberbagai bidang kehidupan,baik itu dari hal non pemerintahan serta pemerintahan, Kartini itu sangat diharumkan namanya yang terlihat dari tanggal lahirnya yang selalu diperangati dari berbagai kalangan bukan daro hanya kaum hawa namun tetapi kaum adam juga ikut serta dalam memperingati hari pergerakan kaum wanita atau hari . Kartini adalah seorang dari beberapa kaum atau juga salah satu kaum hawa yang sangat memperjuangkan hak-hak perempuan ataupun kaum hawa untuk ikut serta didalam berbagai bidang kehidupan serta juga karna berbagai kaum hawa tersebut bisa bekerja diberbagai bidang kehidupan, dan pada tiap 21 April diperangati Hari ibu untuk mengenang serta juga memperingati Pergerakan Kaum Wanita dan juga Perjuangan Karitini ialah sebagai pelopor Para Pergerakan kaum wanita. Kartini 21 April 1879-1904 ini dianggap ialah sebagai pelopor Pergerakan kaum wanita Indonesia. Beliau adalah wanita Indonesia pertama yang memiliki cita-cita untuk dapat memajukan kaumnya dalam bidang pendidikan atau pengajaran. Sebagai akibat dari kurangnya mendapatkan pendidikan atau pengajaran. kaum wanita tersebut diperlakukan tidak adil. Hal tersebut ditunjukkan. oleh adat-kebiasaan ialah sebagai berikut Ada kawin-paksa. Polygami, Kaum pria memiliki kekuasaan tak terbatas dalam suatu perkawinan, Sesudah menginjak dewasa, gadis-gadis tersebut dilarang unutk ke luar rumah = dipingit. Adat kebiasaan semacam tersebut lambat laun ditentang oleh kaum wanita yang memiliki pikiran maju. Diilhami oleh cita-cita Kartini, mereka mulai untuk bergerak dan untuk merombak tradisi yang tidak adil itu. Sejarah Pergerakan Kaum Wanita Keluar berusaha untuk memperoleh persamaan hak setaraf dengan kaum pria, supaya tidak diperlakukan dengan sewenang-wenang. ke dalam berusaha meningkat atau juga sempurnakan kemampuan serta juga kecerdasan kaum wanita sendiri sebagal ibu serta sebagai pemegang kendali rumah-tangga. Organisasi wanita pertama di Indonesia , didirikan di Jakarta 1912 dengan nama Putri Mardika. Berdirinya organisasi tersebut berkat bantuan dari Budi Utomo, dengan tujuan ialah Berusaha memajukan pendidikan atau pengajaran anak-anak wanita. setelah berdiri Putri Mardika kemudian muncul atau juga berdiri organisasi-organisasi Iainnya. Hampir pada setiap kota penting terdapat suatu organisasi wanita, hingga jumlahnya banyak. Organisasi kaum wanita yang banyak sekali tersebut dapat dibagi antara lain sebagai berikut 1. Organisasi-wanita yang menjadi suatu bagian serta sesuatu organisasi, contohnya Wanudyo Utomo, bagian serta Sarekat Islam. Aisyiyah, bagian serta Muhammadiyah. 2. Organisasi-wanita yang berdiri dengan sendiri. Kebanyakan adalah organisasinya kaum ibu, contohnya Wanito Mulyo, Wanito Katholik Wanito Utomo. Di antara tanggal 22 — 25 Desember 1928 organisasi wanita Indonesia tersebut mengadakan Konggres di Yogyakarta. Konggres yang pertama kali tersebut memiliki tujuan antara lain sebagai berikut untuk mempersatukan cita-cita serta juga usaha memajukan kaum wanita. untuk membentuk gabungan diantara organisasi-organisasi yang berbeda-beda atau beraneka-ragam coraknya. Konggres tersebut berhasil mendirikan sebuah gabungan organisasi wanita dengan nama ialah “Perikatan Perempuan Indonesia disingkat dengan PPI”. Nama tersebut kemudian diubah menjadi “Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia disingkat dengan PPII”. Tanggal dimulainya Konggres kaum wanita yang pertamaitu dijadikan ialah sebagai Hari Ibu, serta juga diperingäti di setiap tahunnya hingga sekarang. Walaupun belum tercapai seluruhnya, tetapi setahap demi setahap perjuangan kaum wanita tersebut banyak juga hasilnya. Adat-kebiasaan yang menghinakan atas derajat kaum-wanita semakin lama semakin berkurang. Bahkan disekitar tahun 1938 sudah ada beberapa orang wanita Indonesia yang diangkat oleh Pemerintah Belanda ialah menjadi anggota Dewan Kota, misalnya di Bandung, Cirebon serta juga Surabaya. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Historiografi Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender Kartini merupakan salah seorang dari sedikit perempuan Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat. Meskipun hanya memperoleh pendidikan tingkat Elementary School yaitu Europesche Lagere School, namun Kartini telah dapat menguasai bahasa Belanda sehingga ia memiliki modal pengetahuan yang cukup untuk berhubungan dengan dunia modern. Komunikasinya dengan teman-temannya di Eropa dilakukan lewat surat-menyurat dalam bahasa Belanda. Kamampuannya yang luar biasa dari seorang Kartini dalam berbahasa Belanda memang diakui oleh banyak pihak. Ia sanggup membuat kalimat-kalimat yang sangat baik dan menarik perhatian para sastrawan. Oleh karenanya tidak berlebihan bila kemudian Suryanto Sastroatmodjo menempatkan Kartini sebagai seorang penyair prosalirik, dimana surat-surat Kartini merupakan sebuah kesatuan cerita yang memiliki nilai sastra yang tinggi. Lewat surat-suratnya tersebut Kartini banyak mengungkapkan keadaan kaumnya dan juga harapan-harapannya tentang upaya meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Kartini mengungkapkan pemikiran-pemikirannya tentang nasionalisme dan perjuangan untuk meningkatkan derajat bangsa Indonesia. Surat- surat Kartini kemudian dikumpulkan dan dibukukan oleh JH Abendanon, dengan judul Door Duisternis tot Licht. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Armin Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Sementara itu Agnes Louise Symmers men-terjemahkannya ke dalam bahasa Inggris dengan judul Letters of A Javanese Princess. Sebagian besar surat-surat Kartini mengisahkan tentang keadaan kaum wanita di Indonesia yang secara umum masih sangat tertinggal. Hal ini disebabkan oleh aturan adat dan budaya Jawa yang menempatkan wanita dalam posisi yang inferior bila dibandingkan dengan pria. Dalam konstruk budaya Jawa peranan wanita hanya berkisar pada tiga kawasan yaitu di sumur mencuci dan bersih- bersih, di dapur memasak dan di kasur melayani suami. Atau dengan perkataan lain peranan wanita adalah macak, masak dan manak. Lebih jauh gambaran wanita Jawa adalah sebagai konco wingking, yaitu sebagai pembantu yang melayani suami untuk urusan belakang. Karena peranannya yang marjinal tersebut maka wanita tidak perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi. Keadaan wanita Indonesia, khususnya di Jawa pada zaman tersebut juga dapat dilihat dari ungkapaan Lans, seorang guru wanita berkebangsaan Belanda yang bertugas di Sunda. Beliau menulis,” Waktu saya mulai bekerja disini, hampir tidak ada atau sedikit sekali gadis-gadis yang pergi ke sekolah … Semua kebebasan yang dimiliki gadis-gadis hilang lenyap pada usia menjelang kawin, yaitu pada usia sepuluh atau dua belas tahun”. Dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar tanggal 25 Mei 1899, Kartini mengungkapkan keadaan dirinya dan wanita-wanita pada umumnya. Kartini menulis, “… we girls, so far as education goes, fettered by our ancient traditions and conventions, have profited but little by these advantage. It was a great crime against the customs of our land that we should be taught at all, and especially that we should leave the house every day to go to school. For the custom of our country forbade girls in the strongest manner ever to go to outside of the house…” 13 Dengan korespodensinya dengan Stella Zeehandelaar, Kartini berharap mendapat pertolongan darinya. Kartini juga mengungkapkan bahwa dirinya ingin menjadi wanita yang maju seperti wanita Eropa. Kartini sadar bahwa keinginannya untuk maju hanya dapat ditempuh melalui pendidikan yang lebih tinggi dari ia peroleh saat itu. Kartini mengajukan permohonan kepada ayahnya untuk melanjutkan sekolah HBS di Semarang, namun ditolak mentah-mentah. Akan tetapi ketika Kartini menyatakan ingin melanjutkan studi ke Eropa ayahnya diam dan tidak memberikan reaksi apa-apa. Kartini berkesimpulan bahwa ayahnya tidak keberatan kalau ia melanjutkan studinya ke Eropa. Kartini mengirim surat kepada pemerintah agar ia diberi bantuan untuk melanjutkan studi ke Eropa. Balasan dari pemerintah Belanda datang dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Juli 1903. Pada dasarnya pemerintah Belanda menyambut baik niat Kartini untuk belajar di Eropa dan pemerintah menyatakan kesediaannya untuk memberikan bantuan uang sebesar Gulden untuk mendukung niatnya tersebut. Akan tetapi Kartini tidak lagi antusias menerima balasan tersebut sebab ia akan segera menikah dengan Bupati Rembang yaitu RM Joyo Adiningrat. Hal lain yang menjadi perhatian Kartini tentang ketidakadilan terhadap wanita adalah berkembang suburnya poligami. Kartini berpendapat bahwa poligami merupakan salah satu bentuk kesewenang-wenangan pria terhadap wanita. Kartini melihat, dan merasakan betapa besar penderitaan dan pengorbanan kehidupan wanita yang dimadu oleh suaminya. Hal inipun dilakukan oleh orang tuanya, abang-abangnya dan para raden mas yang lainnya di lingkungan Kabupaten Jepara dan kabupaten-kabupaten lainnya. Hal penting yang menjadi perhatian Kartini terhadap kasus poligami adalah adanya dorongan dari orang tua agar anaknya mendapat suami dari kaum bangsawan dengan tujuan untuk memperoleh kehormatan dan kemewahan. Menurut Kartini, gadis-gadis tersebut tidak dapat dipersalahkan karena pada umumnya mereka merupakan anak-anak dari keluarga yang melarat yang terdiri dari petani dan buruh pabrik. Mereka berangan-angan mendapat kemewahan, kehormatan, dan kenikmatan duniawi lainnya. Dikawini oleh bangsawan merupakan anugerah yang membuka jalan bagi mereka untuk mobilitas sosial secara vertikal. Mereka akan menjadi putrid-putri kabupaten, kepangeranan, atau kesultanan yang bergelimang dengan kemewahan. Kartini melihat dan mencatat kejadian-kejadian tersebut dalam hati sanubarinya. Ia merasakan betapa getir nasibnya nanti apabila dirinya akan mengalami nasib seperti gadis-gadis tersebut. Dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar tertanggal 25 Mei 1899, Kartini juga menuliskan kisahnya ketika mengalami masa pingitan sebagai berikut ”When I reach the age of twelve, I was kept at home. I had to go into the box. I was locked up, and cut off from all communication with the outside world, toward which I might never turn again save at the side of bridegroom, a stranger, an unknown man whom my parents would choose for me, and to whom I should betrothed without my own knowledge..”’11 Bagi Kartini masa-masa menjalani pingitan merupakan masa-masa kelam dalam perjalanan hidupnya, apalagi dia kemudian tahu bahwa orang tuanya telah mempersiapkan seorang laki-laki yang tak dikenalnya sebagai calon suaminya. Kartini berpendirian bahwa calon-calon suami itu seharusnya telah terlebih dahulu dikenal oleh gadis-gadis yang akan diperistri, dan tidak disodorkan begitu saja sebagai calon suami hasil pilihan orang tuanya. Ini merupakan sebuah tragedi yang amat meletihkan dan memupuskan roh dan harapannya sebagai gadis modern yang berkemauan keras untuk melawan belenggu tradisi dan konstruk budaya Jawa yang feodalistik, dan monoton. Namun konstruk budaya yang demikian kuat melahirkan ketidakdilan gender itu nyatanya masih kuat mengakar di dalam masyarakat. Jalan untuk merubah kondisi wanita saat itu tidak lain melalui pendidikan. Hal ini diungkapkan oleh Kartini dalam suratnya kepada Mevrouw Van Kol pada bulan Agustus 1901. Kartini yang berkorespodensi langsung dengan tokoh feminis Belanda Stella Zeehandelaar secara tidak langsung telah terpengaruh oleh konsep-konsep feminisme liberal. Hal ini dapat dilihat dari program utamanya yaitu membebaskan perempuan dari kebutaan pendidikan atau pengetahuan dengan mendirikan sekolah khusus, agar hak perempuan untuk mengikuti pendidikan setara dengan hak pendidikan untuk laki-laki. Kepada Van Kol Kartini menulis, “…Our idea is open, as soon as we have the means, an institute for the daughter of native officials, where they will be fitted for practical life and will be taught as well the things which elevate the spirit, and ennoble the mind. Kartini menyadari bahwa untuk membuat bangsanya maju, khususnya kaum wanita, maka tidak bisa tidak adalah dengan jalan belajar dari dunia Barat. Peradaban Barat yang demikian gemilang menyilaukan semangat Kartini untuk belajar demi pembebasan dari kungkungan feodalisme budaya yang timpang itu. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Kerajaan Makassar Nasionalisme Kartini Nasionalisme merupakan sebuah ekspresi emosional antara warga negara dengan tanah dimana tempat dia dilahirkan. Oleh karenanya gejala timbulnya nasionalisme merupakan suatu gejala yang wajar, dimana secara psikologis ada hubungan emosional yang signifikan antara warga negara dengan wilayah negaranya. Namun pengertian nasionalisme menemukan momentumnya pada awal abad ke-20 yaitu ketika pengertian nasionalisme ditempatkan sebagai antithesis dari imperialisme dan kolonialisme. Nasionalisme dapat digolongkan dalam dua arti. Pertama dalam arti negatif yang diartikan sebagai sikap keterlaluan, sempit, congkak dan sombong. Dalam hal ini, imperialisme-kolonialisme merupakan manifestasi dari pengertian tersebut. Kedua nasionalisme dalam pengertian positif sebagai ekspresi dari sikap untuk mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa dan sekaligus menghormati bangsa lain. Pengertian kedua merupakan sikap positif seorang warga negara yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap keadaan bangsanya. Dalam pengertian yang positif, nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu atau sekelompok individu kepada negara. Dalam kaitan tersebut, Ruslan Abdulgani mengemukakan bahwa nasionalisme dianggap sebagai sebuah ajaran, ideologi, kepercayaan, keyakinan, bahkan dianggap semacam agama baru. Nasionalisme Kartini dapat dilacak dari pemikirannya yang terdapat dalam surat-suratnya. Nasionalisme Kartini merupakan refleksi sosial yang kritis dari seorang wanita Indonesia yang didasarkan pada religieusiteit, wijsheid en schoonheid ketuhanan, kebijaksanaan dan keindahan ditambah dengan humanitarianisme kemanusiaan dan nasionalisme. Nasionalisme yang tampak dalam pandangan Kartini dapat dikategorikan sebagai sebagai nasionalisme universal dalam arti gagasan-gagasan yang diungkapkan mengandung nilai-nilai universal, seperti pendidikan, persamaan derajat, dan solidaritas sosial. Dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar pada tanggal 12 Januari 1900, Kartini mengutip pandangan ayahnya dalam sebuah nota yang dikirimkan kepada pemerintah Hindia Belanda sebagai berikut, ”Father says in his note that the government can’t set the rice upon the table for every Javanese, and see that he partakes of it. But it can give him the means by which he can reach the place where he can find the food. The means is education. When the government provides a means of education for people, it is as though it placed torches in their hands which enabled them to find the good road that leads to the place where the rice is served. From it you will learn something of the present condition of the people. … Father wishes to do everything that he can to help the people and needless to say, I am on his side”22 Kartini memang selalu mengungkapkan gagasan pentingnya pendidikan sebagai jalan untuk meningkatkan derajat bangsanya. Disamping itu Kartini juga mengingatkan pentingnya persatuan bagi bangsa Indonesia serta mengajak untuk menggalang persatuan diantara kalangan muda Indonesia baik pria maupun wanita. Hal ini terungkap dalam suratnya kepada kepada Ny. Abendanon pada tanggal 30 September 1901. “The young guard, regardless of sex, should band themselves together. We can each of us do something unaided, towards the uplifting and civilizing of our people, but if we were united our strength would be multiplied many times. By working together we could gather a goodly store offruit. In union there is strength, and power. Sementara itu sisi humanitarianisme yang melekat dari diri Kartini tampak dalam ungkapannya dimana ia ingin dipandang sebagai individu yang sama dengan orang lain. Kartini merasa tidak berbeda dengan rakyat biasa yang sama-sama hidup dibawah penjajahan. Bahkan kartini ingin dipanggil Kartini saja, tanpa ditambah dengang embel-embel Raden Adjeng. Hal ini terungkap dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar pada tanggal 17 Mei 1902. Dalam suratnya tersebut, Kartini menulis, “… For the first time, my name would come out openly in connection with my people. I am proud of that, Stella to be named in the same breath with my people. 24 Kartini tidak mau dianggap jauh di atas orang lain, lebih- lebih di atas insan yang sering disebut dengan rakyat jelata. Barangkali, ini merupakan dampak dari perkenalannya dengan Stella Zeehandelaar melalui korespodensinya. Seperti diketahui Stella Zeehandelaar merupakan sosok gadis yang demokratis karena berada dilingkungan masyarakat Barat yang demokratis, disamping ia merupakan anak orang biasa. Humanitarianisme Kartini merupakan refleksi kritis dari stratifikasi sosial yang hierakhis akibat konstruk budaya yang feodalistik. Gagasan ini merupakan embrio dari munculnya ide persamaan derajat atau yang dikenal dengan emansipasi dimana wanita sudah selayaknya ditempatkan pada proporsi yang semestinya. Pada sisi yang lain pemikiran tersebut juga mencerminkan adanya solidaritas sosial antara bangsa-bangsa yang sedang dijajah oleh bangsa asing. Apalah artinya memiliki darah bangsawan, dihormati, hidup mewah dan lain sebagainya, apabila ia juga sama-sama berada dibawah penguasaan bangsa lain. Arti dari semua itu adalah sebuah realitas bahwa bangsawan dan rakyat jelata berada dalam posisi yang sama, yaitu sama-sama dikuasai bangsa asing. Kartini sadar bahwa untuk mencapai cita-citanya tentang persatuan dan persamaan derajat manusia tersebut diperlukan perjuangan yang keras melalui pendidikan. Oleh karenanya minat Kartini dalam masalah pendidikan demikian besarnya. Keterbelakangan yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat itu disebabkan oleh ketidaktahuan rakyat tentang cara mengatasi segala kesulitan yang dihadapinya seperti soal pangan, kesehatan, ataupun pendidikan bagi anak-anak. Penghargaan RA. Kartini Pahlawan Kemerdekaan yang ditetapkan pada tanggal 2 Mei 1964 Tanggal 21 April merupakan tanggal untuk memperingati hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini Nama RA Kartini mendapat penghargaan dengan menjadikan namanya sebagai nama jalan di beberapa kota di Belanda. Sebut saja, di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem. Buku Karya RA. Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 Panggil Aku Kartini Saja Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya Aku Mau … Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903 Daftar Pustaka Awuy, Tomy F., 1995, Wacana Tragedi dan Dekonstruksi Kebudayaan, Yogyakarta Jentera Wacana Publika. Fakih, Mansour, 2004, Analisis Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta PT Pustaka Pelajar. Geertz, Hildred ed. 1964, Letters of A Javanese Princess Raden Adjeng Kartini,.ab. Agnes Louise Symmers New York Norton Company. Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah, Yogyakarta Tiara Wacana. Muttaqin, Farid., “Sejarah Gerakan Perempuan yang Bias Jender”, Kompas Edisi 28 Juni 2004. Nursarastriya, Haris., “Nasionalisme Kartini dan Teori Tentang Nasionalisme”, Kritis Jurnal UKSWNo. 4/Th. X April -Juni 1997. Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugoho., 1993, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta PT Balai Pustaka. Sasroatmojo, Suryanto., 2005, Tragedi Kartini, Yogyakarta Penerbit Narasi. Wikipedia, Adjeng Kartini. didownload tanggal 12 Februari 2007. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
BerikutBiografi RA Kartini atau ibu kita Kartini, pahlawan wanita Indonesia yang patut dikenang sepanjang masa. Biografi RA Kartini. Nama asli : Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Nama terkenal : Raden Adjeng Kartini. Tempat lahir : Jepara Jawa Tengah. Tanggal lahir : Senin, 21 April 1879. Wafat : 17 September 1904, Kabupaten Rembang
20 Ide Biografi Ra Kartini Lengkap Bahasa Sunda - Handoko Blog's. Cara Kartini Memperjuangkan Emansipasi Perempuan & Kemajuan Bangsa. Sejarah Ra Kartini Dalam Bahasa Jawa - Seputar Sejarah. Biografi RA Kartini Dalam Bahasa Jawa | PDF. 6 Hal tentang "Habis Gelap Terbitlah Terang", Kumpulan Surat Kartini yang Dijadikan Buku Halaman all - Kompas.com. Biografi RA Kartini Dalam Bahasa Inggris dan Artinya Terbaru. RESENSI BUKU R. A. KARTINI : BIOGRAFI SINGKAT « Ekamaf's Blog RadenAdjeng Kartini atau sering disebut Raden Ayu Kartini merupakan seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Nusantara, Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan. Kartini anak ke 5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri.